KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) kembali memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi global di tahun 2022. Menurut perhitungan bank sentral, pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini berisiko turun menjadi 3,4%
year on year (yoy). Padahal pada bulan lalu, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi global bisa tumbuh di kisaran 3,5% yoy. Namun, perkiraan tersebut juga lebih kecil dari perkiraan sebelumnya yang sebesar 4,4% yoy. Risiko perlambatan pertumbuhan ekonomi global saat ini tak lepas dari potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi di berbagai negara di dunia.
“Berbagai negara seperti Eropa, Amerika Serikat (AS), Jepang, China, dan India berisiko tumbuh lebih rendah dari perkiraan sebelumnya,” jelas Perry dalam pembacaan hasil RDG Mei 2022, Selasa (24/5).
Baca Juga: Melesat, BI Catat Pertumbuhan Kredit Perbankan Capai 9,10% per April 2022 Nah, gonjang-ganjing pertumbuhan ekonomi di negara-negara tersebut didorong oleh berbagai kondisi, seperti, konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina. Ketegangan ini bakal memukul perekonomian Eropa karena kedekatan transaksi maupun juga geografis dari dengan kedua negara tersebut. Konflik geopolitik juga menyebabkan gangguan mata rantai global yang terus berlanjut dan meningkat. Ini kemudian akan mengurangi volume perdagangan dunia yang juga menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi global. Rembetan penurunan volume perdagangan dan pertumbuhan akan dirasakan oleh berbagai negara, seperti AS, India dan juga Jepang. Selain mengganggu kinerja perdagangan, ini juga menyundut inflasi di berbagai negara. Bila kemudian inflasi meningkat, maka mau tak mau bank-bank sentral dunia melakukan pengetatan kebijakan moneter dengan mengerek suku bunga acuan. Satu ini memang yang menjadi kekhawatiran adalah peningkatan suku bunga acuan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed). Namun, dengan kondisi terkini, bank-bank sentral negara berkembang juga mulai ikut mengerek suku bunga kebijakannya.
Baca Juga: Pemerintah Dorong Perluasan Industri dengan Pembentukan Pusat Kegiatan Ekonomi Baru “Kondisi ini kemudian akan berdampak pada peningkatan ketidakpastian di pasar keuangan global yang kemudian mendorong terbatasnya aliran modal asing dan menekan perkembangan nilai tukar di berbagai negara termasuk Indonesia,” jelas Perry. Selain berbagai peristiwa itu, pertumbuhan ekonomi dunia juga terganjal kebijakan Negara Tirai Bambu karena meningkatnya kasus Covid-19. China melakukan kuncitara untuk menekan kasus susulan Covid-19. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli