BI: Kenaikan suku bunga itu jamu pahit, tapi ada empat jamu manis



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selain memberikan jamu pahit dengan kebijakan kenaikan suku bunga acuan, Bank Indonesia (BI) mengeluarkan empat kebijakan baru sebagai pemanis di tahun 2019.

"Kenaikan suku bunga itu jamu pahit, tapi (ada) empat jamu manis untuk mendorong pertumbuhan ekonomi," jelas Perry Warjiyo Gubernur BI, di JCC Senayan, Selasa (27/11).

Dia menjelaskan BI mengendurkan makroprudensial untuk mendorong intermediasi perbankan dalam pembiayaan ekonomi.


Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) akan ditinjau untuk mendorong penyaluran kredit perbankan sekaligus memperluas pendanaan serta pembiayaan melalui penerbitan surat berharga. Demikian pula Penyangga Likuiditas Makropurdensial (PLM) akan dipantau agar mendukung fleksibilitas manajemen likuiditas.

"Ini ditempuh untuk penguatan intermediasi perbankan dalam mendukung pengembangan UMKM dan sektor prioritas, antara lain ekspor dan pariwisata, melalui penyempurnaan rasio pembiayaan UMKM dan pengembangan rasio pembiayaan sektor prioritas," jelasnya.

Selain itu, kebijakan sistem pembayaran akan terus dikembangkan untuk kelancaran, efisiensi, dan keamanan transaksi pembayaran nontunai maupun tunai, termasuk dalam mendukung ekonomi dan keuangan digital.

Infrastruktur sistem pembayaran wholesale dikembangkan untuk mendorong industri mampu memproses transaksi dalam cakupan valuta yang lebih luas guna mengefisienkan transaksi cross-border. Di sisi ritel, industri didorong untuk memperluas ketersediaan instrumen dan kanal pembayaran.

"Infrastruktur dan kelembagaan Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) akan terus diperkuat dengan memperluas fasilitasi interkoneksi dan interoperabilitas pada standardisasi QR-Code, layanan pembayaran tagihan elektronik (EBIPP) dan online payments," jelasnya.

Demikian pula, program elektronifikasi akan terus diperluas untuk penyaluran bantuan sosial secara nontunai, pembayaran berbagai moda transportasi, serta dukungan operasi keuangan Pemerintah. Di sisi tunai, efisiensi dan jangkauan distribusi pengedaran uang terus ditingkatkan ke berbagai wilayah.

Sedangkan akselerasi pendalaman pasar keuangan terus didorong. Di pasar valas, usaha ini dilakukan melalui dorongan volume transaksi dan penggunaan instrumen spot, swap dan DNDF.

Demikian pula di pasar uang, volume transaksi dan penggunaan? instrumen repo dan interest rate swap (IRS) terus didorong untuk meningkatkan likuiditas, efisiensi dan market conduct di pasar uang antar bank dalam pembentukan yield curve di berbagai tenor.

Pendalaman pasar uang juga akan diperkuat dengan penerbitan regulasi market operator serta pengembangan infrastruktur Electronic Trading Platform (ETP), trade repository, dan pendirian Central Counterparty (CCP) untuk transaksi derivatif.

Kemudian BI akan mendorong ekonomi syariah melalui pengembangan ekosistem halal value chain, khususnya di sektor makanan, fashion dan pariwisata serta dengan kampanye gaya hidup halal.

Juga dengan meningkatkan kapasitas usaha syariah di lingkungan pesantren melalui berbagai linkage termasuk melalui pengembangan virtual market.

Di sisi pendalaman pasar keuangan syariah, BI akan menerbitkan Sukuk Bank Indonesia (SUKBI) sebagai instrumen syariah.

BI mendorong pembiayaan ekonomi melalui penerbitan sukuk khususnya untuk pembangunan infrastruktur serta integrasi keuangan sosial dan komersial syariah seperti pemberdayaan zakat dan wakaf produktif.

Instrumen ini nantinya dapat diperdagangkan sehingga memperkuat manajemen likuiditas perbankan syariah dan mendukung instrumen keuangan syariah jangka panjang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto