BI Kerek Suku Bunga Acuan 25 bps, Bank Mandiri: Pasar Telah Mengantisipasi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski Bank Indonesia (BI) menggerek bunga acuan 25 basis poin (bps) ke level 3,75%, sejumlah bankir tetap optimistis. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk merespon positif keputusan BI menaikkan suku bunga acuan sebagai kebijakan antisipatif terhadap potensi inflasi ke depan. D

"Di samping itu, kenaikan suku bunga acuan ini diharapkan dapat menjaga stabilitas makroekonomi agar tetap terkendali hingga akhir tahun. Kami melihat kebijakan tersebut juga telah diantisipasi oleh  pasar sehingga kami optimis Indonesia masih berada pada tren pemulihan ekonomi," ujar Corporate Secretary Bank Mandiri Rudi AS Aturridha kepada Kontan.co.id pada Selasa (24/8).

Lanjutnya, dengan kondisi perekonomian domestik yang masih kuat, Bank Mandiri perkirakan pertumbuhan kredit juga tetap baik di tahun ini. Ia menyebut pertumbuhan ini utamanya terjadi pada sektor-sektor yang prospektif seperti telekomunikasi dan jasa kesehatan.


Baca Juga: Suku Bunga Acuan Naik 25 bps, Sinarmas Sekuritas: Outlook IHSG Masih Positif

Sedangkan penyaluran kredit Bank Mandiri secara konsolidasi tumbuh 12,22% year on year (yoy) menjadi Rp 1.138,31 triliun di paruh pertama 2022. Hingga akhir tahun, Bank Mandiri memproyeksikan pertumbuhan kredit 8% hingga 11% yoy.

Sedangkan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan, meski terjadi kenaikan BI Rate 25 bps, ia optimistis penyaluran kredit masih akan terus meningkat. Sebab, penawaran dan permintaan kredit masih kuat.   

"Kredit perbankan dipengaruhi penawaran dan permintaan, saya lihat dari penawaran perbankan itu memang salah satunya dari suku bunga kredit, tapi bukan satu-satunya faktor. Tapi faktor lain adalah likuiditas tecermin rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) masih tinggi mencapai 27,92%, sehingga penawaran bank tinggi,” tambahnya.    

Faktor lain, lending standar (risk appetite) atau keinginan bank salurkan kredit terus naik. Ketiga, inisiatif dari pemerintah dan regulator terus bergulir. Misalnya, pemerintah melalui kredit usaha rakyat (KUR), subsidi bunga.

BI memberikan kasih insentif 46 sektor prioritas dan UMKM, bisa pelonggaran GWM turun sampai 1,5% per 1 September mendatang. Lalu dari OJK masih berlaku insentif restrukturisasi kredit terdampak Covid-19.  

“Dari sisi permintaan, kami kinerja korporasi dan rumah tangga. Sebagian besar korporasi itu itu sudah jauh membaik, korporasi penjualannya cukup tinggi. Bahkan ada rencana peningkatan belanja modal terus naik. Walau masih ada sektor yang baru tumbuh yg dipengaruhi mobilitas seperti perhotelan dan transportasi, tapi sektor lain seperti ekspor, makanan dan minuman, dan perdagangan sudah cukup membaik. Begitupun permintaan kredit UMKM terus meningkat,” jelasnya.      

Baca Juga: Margin Bank Tetap Jumbo di Era Suku Bunga Rendah, Begini Respons Bank Indonesia

Ia mengaku dari permintaan dan penawaran ini masih tinggi. Ini pulalah yang mendorong kredit perbankan  naik 10,71% per Juli 2022. Pertumbuhan ini terjadi seluruh jenis investasi, modal kerja, dan konsumsi  dan hampir seluruh sektor.    

BI pun mengerek target kredit perbankan jadi lebih tinggi dibandingkan perkiraan awal tahun menjadi 9% hingga 11%. Semula, bank sentral memasang outlook pertumbuhan kredit tumbuh 6% hingga 8% di sepanjang 2022.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto