BI: Kredit Bermasalah Industri Perbankan Turun



JAKARTA. Bank Indonesia (BI) menyatakan bahwa angka kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) industri perbankan mengalami penurunan.  Penurunan tersebut banyak disumbang dari sektor konsumsi, komersial dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

Direktur Direktorat Penelitian dan Pengaturan perbankan BI Halim Alamsyah mengatakan, meskipun penyaluran kredit cukup tinggi, tetapi bank tidak melupakan kewajiban lainnya yaitu mengelola risiko kredit. Terbukti, angka NPL industri perbankan mengalami penurunan pada bulan Juli jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya. “NPL Juli sudah di bawah 4% sedangkan pada Juni masih di bawah 5%,” tuturnya hari ini (5/9).

Wakil Direktur Utama PT BII Tbk Sukatmo Padmosukarso, mengatakan bahwa selama tiga bulan terakhir, BII pun mengalami penurunan NPL. “Angkanya saat ini sudah di bawah 3% dari sebelumnya di bawah 4%,” katanya. Sukatmo menjelaskan, turunnya angka kredit bermasalah tersebut disebabkan karena dua hal. Pertama, karena memang terjadi pertambahan nilai kredit. Kedua, memang ada pelunasan dan juga restrukturisasi dari kredit bermasalah. Sukatmo mengakui, bahwa selama ini kesulitan untuk melakukan restrukturisasi ataupun pelunasan malah berasal dari sektor korporasi.


Jangan Gembira Dulu, NPL Masih Bisa Naik Lagi

Hal serupa terjadi di PT BRI Tbk. Pada bulan Juli kemarin, bank yang terkenal dengan sebutan bank milik rakyat ini mengalami penurunan NPL karena proses restrukturisasi dan juga penambahan portofolio kredit. Bulan Juli, angka NPL BRI sekitar 3% sedangkan bulan sebelumnya sekitar 4%. Bahkan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya penurunan NPL tersebut cukup drastis. Pada triwulan II tahun 2007, NPL di BRI tercatat masih sekitar 5%. Sedangkan akhir triwulan II tahun 2008, NPL turun sekitar 3%.

“Di BRI, porsi NPL banyak disumbang sektor menengah atas dan korporasi,” tutur Sudaryanto Sudargo, Direktur Bisnis BRI. Sedangkan untuk sektor konsumsi, karena BRI tidak terfokus pada sektor tersebut maka sumbangan NPL tidak terlalu banyak. Bahkan untuk kredit mikro di bahwa Rp 5 juta atau yang sering disebut KUR Mikro, angka NPL masih nol persen.

Direktur Korporasi dan Bisnis PT Bank CIMB Niaga Tbk Catherine Hadiman sepakat dengan para bankir di atas. “Penurunan NPL terjadi karena ada perbaikan kualitas pengucuran kredit,” tutur Catherine. Perbaikan NPL tersebut terjadi karena pertumbuhan kredit yang tinggi selama ini selalu diimbangi dengan pemilihan debitur yang feasible dan bankable. Catherine memprediksi, bahwa penurunan NPL secara industri ini juga diakibatkan karena bank melakukan write off kepada debiturnya atau melakukan pencadangan.

Tetapi Sukatmo mengingatkan, penurunan NPL ini jangan terlalu disoraki. Pasalnya melihat kenaikan BI rate pada bulan ini dan juga sinyal-sinyal yang dikeluarkan oleh BI bahwa masih ada kemungkinan kenaikan BI rate di bulan depan ada kemungkinan NPL bisa naik lagi. “Logikanya kalau kalangan usaha tidak mampu menyerap, maka bisa berpotensi terhadap kredit juga,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie