BI lebih dulu meramal krisis ketimbang negara lain



JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mengaku sudah mengetahui perlambatan ekonomi dunia yang terjadi saat ini dari tahun sebelumnya. Hal inilah yang sekaligus menjadi alasan bagi bank sentral menahan suku bunga di level 5,75% selama sembilan bulan berturut-turut.

"Banyak negara yang baru menurunkan bunga. Di antaranya adalah Australia dan Korea Selatan. Bisa dibilang, kami lebih awal mengantisipasi perlambatan ekonomi global," jelas Gubernur BI, Darmin Nasution, Jumat (9/11).

Suku bunga rendah diharapkan bisa menarik nasabah untuk mengajukan kredit ke perbankan. Meskupun, pada kenyataannya dalam beberapa bulan terakhir penyaluran kredit di Indonesia mulai melambat.


"Bisa dibilang, kami lebih awal mengantisipasi perlambatan ekonomi global," jelas Gubernur BI, Darmin Nasution, Jumat (9/11).

"Pertumbuhan kredit di kisaran 22% hingga 23% masih sesuai dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang 6,3%," ujarnya. Terlebih, perlambatan kredit tidak terjadi pada kredit investasi yang masih tetap tinggi di atas 30%. "Penambahan kapasitas ekonomi tetap berlangsung. Bahwa kemudian ekspor sedikit melambat, kebutuhan modal kerja melambat sedikit itu normal-normal saja," tuturnya.

Meski ekonomi saat ini tumbuh di bawah ekspektasi yaitu 6,3%, BI yakin tahun depan ekonomi Indonesia akan tumbuh antara 6,3%-6,7%. Pemicunya, ekonomi global akan semakin membaik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: