KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) meningkat pada Maret 2020. Bank Indonesia (BI) mencatat, posisi M2 pada Maret 2020 sebesar Rp 6.440,5 triliun atau tumbuh 12,1% yoy, lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang sebesar 7,9% yoy. "Akselerasi pertumbuhan M2 disebabkan oleh peningkatan seluruh komponennya, baik uang beredar dalam arti sempit (M1), uang kuasi, maupun surat berharga selain saham," tulis Bank Indonesia dalam laporan, Kamis (30/4). Terperinci, uang kuasi tercatat sebesar Rp 4.763,6 triliun atau mengalami peningkatan pertumbuhan, yaitu dari 7,5% yoy pada Februari 2020 menjadi 10,8% yoy seiring dengan peningkatan tabungan dan giro valuta asing (valas). Pangsanya terhadap M2 sebesar 74,0%.
Baca Juga: Kredit perbankan tumbuh 7,95% di Maret, meningkat dari bulan sebelumnya Sejalan dengan hal itu, surat berharga selain saham juga mengalami peningkatan, yaitu dari 34,7% yoy pada Februari 2020 menjadi 44,6% yoy. Terutama didorong oleh peningkatan surat berharga yang dimiliki oleh perusahaan korporasi finansial dalam rupiah. Selanjutnya, M1 tercatat meningkat dari 8,6% yoy pada Februari 2020 menjadi 15,4% pada bulan laporan. Pertumbuhannya disebabkan oleh pertumbuhan giro rupiah yang meningkat dari 10,0% yoy pada Februari 2020 menjadi 22,0% pada Maret 2020.
Baca Juga: Risiko ekonomi meningkat, S&P pangkas outlook peringkat tiga bank papan atas RI Peningkatan pertumbuhan giro rupiah juga ditopang oleh meningkatnya saldo giro rupiah baik milik nasabah korporasi maupun perorangan. Tapi, pertumbuhan dana
float (saldo) uang elektronik yang diterbitkan bank kembali mengalami penurunan menjadi Rp 2,3 triliun atau turun 10,0%. Angka ini merosot ketimbang penurunan bulan sebelumnya yang sebesar 9,9% yoy. Pangsanya terhadap M1 sebesar 0,14%. Sementara itu, posisi uang kartal di masyarakat (di luar perbankan dan BI) pada Maret 2020 juga tercatat Rp 620,4 triliun atau tumbuh 5,9% yoy, melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 6,6% yoy.
Baca Juga: Selain pinjaman multilateral, pemerintah akan memaksimalkan SBN untuk tangani corona "Perlambatan ini sejalan dengan hasil survei konsumen Maret 2020 yang menyatakan adanya penurunan proporsi konsumsi terhadap pendapatan yang dialihkan untuk disimpan," tambah bank sentral. Lebih lanjut, berdasarkan faktor yang memengaruhi uang beredar, peningkatan M2 pada Maret 2020 disebabkan oleh peningkatan pertumbuhan aktiva luar negeri bersih serta aktiva dalam negeri bersih. Pertumbuhan aktiva luar negeri bersih meningkat sebesar 13,9% yoy atau lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 9,9% yoy. Ini sejalan dengan peningkatan tagihan sistem moneter kepada bukan penduduk seiring dengan depresiasi nilai tukar rupiah.
Baca Juga: Respons BI pasca Kadin minta anggaran penanganan corona naik jadi Rp 1.600 triliun Sementara itu, peningkatan tagihan bersih terjadi seiring dengan peningkatan valuasi aset luar negeri berdenominasi valas. Pertumbuhan aktiva dalam negeri bersih meningkat dari 7,2% yoy menjadi 11,4% yoy pada Maret 2020. Ini disebabkan oleh ekspansi operasi keuangan pemerintah dan akselerasi penyaluran kredit. Ekspansi operasi keuangan pemerintah terlihat dari tagihan bersih kepada pemerintah pusat yang tumbuh 14,5% yoy atau lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang sebesar 11,9% yoy. Ekspansi ini disebabkan oleh peningkatan tagihan sistem moneter kepada Pemerintah pusat berupa obligasi dalam valas. Penyaluran kredit juga meningkat, yaitu dari 5,5% yoy pada Februari 2020 menjadi 7,2% yoy pada bulan lalu. Peningkatannya terjadi pada kredit modal kerja serta kredit investasi, khususnya pada golongan nasabah korporasi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati