BI lontarkan sinyal kekeringan likuiditas valas



JAKARTA. Merosotnya nilai tukar rupiah akibat ulah spekulan dan keringnya likuiditas di pasar, akhirnya mendorong Bank Indonesia (BI) mengeluarkan kebijakan baru. Yakni, merilis instrumen anyar operasi moneter berupa Term Deposit dalam denominasi dollar Amerika Serikat (AS). Darmin Nasution, Gubernur BI, mengklaim kebijakan ini bisa meningkatkan likuiditas valas di pasar dalam negeri. Menurutnya, pembukaan term deposit valas tersebut juga sejalan dengan berlakunya kewajiban menempatkan devisa hasil ekspor (DHE) ke dalam sistem perbankan nasional. Ia memaparkan sejumlah eksportir memasukan dananya dengan cara membuka rekening giro/tabungan/deposito dalam valas di Indonesia tapi tidak menjual valasnya. Akibatnya, ruang gerak bank terbatas untuk menggunakan dana ini karena akan terkena aturan net opening position (NOP). Namun, karena di dalam negeri tidak ada outlet untuk memutar dana valas yang mengendap tersebut, maka umumnya bank yang menjadi penampung valas menempatkan dana tersebut di pasar uang luar negeri. "Term deposit ini bisa menjadi outlet penempatan devisa untuk memfasilitasi masuknya devisa, termasuk yang berasal dari ekspor," ujar Darmin dalam jumpa pers, Selasa (29/5). Term deposit valas ini akan digunakan sebagai pelengkap cadangan devisa dan menjadi bagian dari operasi moneter BI. "Tentu bisa kita gunakan untuk menstabilkan rupiah," papar Darmin. Bank domestik dapat menempatkan devisa pada B lewat instrumen ini dengan berbagai tenor yang disesuaikan dengan kondisi pasar. Mulai dari 1 minggu, 2 minggu, sampai satu bulan.

Rupiah capai titik terlemah

"Term deposit ini mulai dioperasionalkan sekitar dua minggu lagi. Butuh waktu untuk membuat Surat Edaran dulu," ungkap Darmin. Di mata analis, langkah BI merilis kebijakan ketika USD/IDR sudah melambung tinggi, malah melemparkan sinyal negatif ke pasar. "Di saat seperti ini ketika keraguan terhadap rupiah begitu tinggi, malah terkesan BI kekurangan valas," ulas Lana Soelistianingsih, Ekonom Samuel Sekuritas, Selasa (29/5). Kurs rupiah bisa makin melemah akibat kebijakan BI yang reaktif tersebut. Namun, Lana melihat, kebijakan penerbitan Term Deposit valas tersebut bagus untuk jangka panjang. "Karena memang bisa menggalang ketersediaan valas di dalam negeri," ujar Lana.


Pada perdagangan pukul 15:13, nilai tukar rupiah berada di titik Rp 9.568 per dollar AS. Artinya, mata uang garuda sudah terpelanting hingga 2,42% dalam sehari. Ini adalah titik terlemah rupiah dalam tahun ini. Rupiah berada di titik terkuat pada 25 Januari 2012 yakni Rp 8.888 per dollar AS.

Berdasarkan penelusuran Kontan, transaksi jual beli dollar di real market PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) hari ini untuk beli dollar ada di titik Rp 9.443 sedangkan untuk jual ada di Rp 9.707.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: