BANDUNG. Aliran dana asing ke sistem keuangan domestik yang biasa disebut capital inflow diperkirakan bakal terus membanjir dalam waktu lama. Bank Indonesia agaknya sudah mulai kewalahan mengelola capital inflow ini agar tidak mengganggu stabilitas keuangan Indonesia. Untuk itu, BI menilai perlu upaya lebih dari stakeholder lain yakni pemerintah juga dunia usaha agar ikut memanfaatkan momentum ini dengan mengoptimalkan tren kenaikan capital inflow. Misalnya, dengan mendorong perusahaan-perusahaan agar melantai di bursa atau memanfaatkan pasar obligasi untuk mencari modal bagi dunia usaha.Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution menuturkan, dalam mengelola dampak capital inflow agar tidak mengganggu stabilitas moneter, BI memfokuskan diri pada penjagaan nilai tukar rupiah supaya tetap berada di level yang sesuai kondisi fundamentalnya. Apakah itu dengan intervensi pasar supaya nilai rupiah tidak overvalue, maupun dengan penerapan one month holding SBI 1 bulan untuk mengurangi risiko sudden reversal. Namun, "Terus terang saja itu tidak cukup. Seharusnya kita bisa menerbitkan instrumen-instrumen penempatan dana lainnya misalnya (memperbanyak) perusahaan yang go public, atau penerbitan saham baru (rights issue)," jelasnya panjang lebar di Bandung, hari ini (27/10).Darmin menilai, kebutuhan atas outlet-outlet baru penempatan dana asing ini cukup mendesak. Dus, keberadaan capital inflow tidak sekadar membikin indeks saham naik yang membuka potensi bubble. "Kalau banyak instrumen baru, maka yang membesar adalah kapitalisasinya. Itu yang kami harapkan terjadi, namun itu bukan di wilayah kewenangan BI," katanya.Pemerintah dan dunia usaha bisa memainkan peranan di sini. Pemerintah misalnya, bisa mendorong lewat pemudahan proses IPO perusahaan, juga mendorong BUMN-BUMN sehat untuk melantai di bursa. Dunia usaha juga bisa memanfaatkan momen ini untuk melakukan aksi korporasi apakah itu rights issue maupun penerbitan obligasi untuk membiayai belanja modalnya. "Kalau ini dilakukan, maka akan semakin lengkap respon kita terhadap capital inflow ini," jelas Darmin.Aliran modal asing diperkirakan akan terus membanjir seiring kebijakan AS untuk terus melanjutkan quantitative easing alias penggelontoran dolar ke pasar melalui pembelian aset-aset bermasalah. Dolar yang membanjir ini akan terus mencari tempat parkir dana yang menguntungkan. Indonesia menjadi salah satu negara favorit tempat para pemilik dana besar membiakkan uang. Mengingat Indonesia menawarkan imbal hasil yang masih menarik disamping risiko yang relatif terukur.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
BI: Manfaatkan kenaikan capital inflow, perbanyak IPO
BANDUNG. Aliran dana asing ke sistem keuangan domestik yang biasa disebut capital inflow diperkirakan bakal terus membanjir dalam waktu lama. Bank Indonesia agaknya sudah mulai kewalahan mengelola capital inflow ini agar tidak mengganggu stabilitas keuangan Indonesia. Untuk itu, BI menilai perlu upaya lebih dari stakeholder lain yakni pemerintah juga dunia usaha agar ikut memanfaatkan momentum ini dengan mengoptimalkan tren kenaikan capital inflow. Misalnya, dengan mendorong perusahaan-perusahaan agar melantai di bursa atau memanfaatkan pasar obligasi untuk mencari modal bagi dunia usaha.Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution menuturkan, dalam mengelola dampak capital inflow agar tidak mengganggu stabilitas moneter, BI memfokuskan diri pada penjagaan nilai tukar rupiah supaya tetap berada di level yang sesuai kondisi fundamentalnya. Apakah itu dengan intervensi pasar supaya nilai rupiah tidak overvalue, maupun dengan penerapan one month holding SBI 1 bulan untuk mengurangi risiko sudden reversal. Namun, "Terus terang saja itu tidak cukup. Seharusnya kita bisa menerbitkan instrumen-instrumen penempatan dana lainnya misalnya (memperbanyak) perusahaan yang go public, atau penerbitan saham baru (rights issue)," jelasnya panjang lebar di Bandung, hari ini (27/10).Darmin menilai, kebutuhan atas outlet-outlet baru penempatan dana asing ini cukup mendesak. Dus, keberadaan capital inflow tidak sekadar membikin indeks saham naik yang membuka potensi bubble. "Kalau banyak instrumen baru, maka yang membesar adalah kapitalisasinya. Itu yang kami harapkan terjadi, namun itu bukan di wilayah kewenangan BI," katanya.Pemerintah dan dunia usaha bisa memainkan peranan di sini. Pemerintah misalnya, bisa mendorong lewat pemudahan proses IPO perusahaan, juga mendorong BUMN-BUMN sehat untuk melantai di bursa. Dunia usaha juga bisa memanfaatkan momen ini untuk melakukan aksi korporasi apakah itu rights issue maupun penerbitan obligasi untuk membiayai belanja modalnya. "Kalau ini dilakukan, maka akan semakin lengkap respon kita terhadap capital inflow ini," jelas Darmin.Aliran modal asing diperkirakan akan terus membanjir seiring kebijakan AS untuk terus melanjutkan quantitative easing alias penggelontoran dolar ke pasar melalui pembelian aset-aset bermasalah. Dolar yang membanjir ini akan terus mencari tempat parkir dana yang menguntungkan. Indonesia menjadi salah satu negara favorit tempat para pemilik dana besar membiakkan uang. Mengingat Indonesia menawarkan imbal hasil yang masih menarik disamping risiko yang relatif terukur.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News