JAKARTA. Posisi rupiah di pasar offshore kembali melemah sore ini (6/2). Data yang dihimpun Bloomberg menunjukkan, pada pukul 15.50, kontrak non deliverable forward (NDF) rupiah untuk pengantaran satu bulan ke depan melemah 0,4% menjadi 9.718 per dollar AS. Level tersebut lebih lemah 0,1% dari posisi rupiah di pasar spot. Sekadar perbandingan, saat ini, rupiah di pasar spot melemah 0,3% menjadi 9,705. Pelemahan pada kontrak NDF rupiah terjadi setelah kontrak tersebut mencatat penguatan selama enam hari belakangan. Salah satu faktor yang mempengaruhinya yakni pernyataan bank sentral yang menyatakan akan meminta bank lokal untuk menciptakan sendiri referensi nilai tukar sebagai acuan transaksi forward di pasar domestik. Langkah Bank Indonesia ini dilakukan setelah nilai tukar acuan yang dirilis oleh Association of Banks di Singapura tengah diinvestigasi oleh Otoritas Moneter Singapura karena diduga melakukan manipulasi nilai tukar. "Mayoritas pelaku pasar masih melihat outlook bearish atas rupiah karena Bank Indonesia masih melakukan intervensi yang cukup kuat. Saat ini, dugaan adanya manipulasi masih menjadi isu yang sensitif. Langkah BI akan mempengaruhi tingkat likuiditas pada pasar forward," urai Andy Ji, foreign-exchange strategist Commonwealth Bank of Australia di Singapura. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
BI masih gencar intervensi, NDF rupiah loyo lagi
JAKARTA. Posisi rupiah di pasar offshore kembali melemah sore ini (6/2). Data yang dihimpun Bloomberg menunjukkan, pada pukul 15.50, kontrak non deliverable forward (NDF) rupiah untuk pengantaran satu bulan ke depan melemah 0,4% menjadi 9.718 per dollar AS. Level tersebut lebih lemah 0,1% dari posisi rupiah di pasar spot. Sekadar perbandingan, saat ini, rupiah di pasar spot melemah 0,3% menjadi 9,705. Pelemahan pada kontrak NDF rupiah terjadi setelah kontrak tersebut mencatat penguatan selama enam hari belakangan. Salah satu faktor yang mempengaruhinya yakni pernyataan bank sentral yang menyatakan akan meminta bank lokal untuk menciptakan sendiri referensi nilai tukar sebagai acuan transaksi forward di pasar domestik. Langkah Bank Indonesia ini dilakukan setelah nilai tukar acuan yang dirilis oleh Association of Banks di Singapura tengah diinvestigasi oleh Otoritas Moneter Singapura karena diduga melakukan manipulasi nilai tukar. "Mayoritas pelaku pasar masih melihat outlook bearish atas rupiah karena Bank Indonesia masih melakukan intervensi yang cukup kuat. Saat ini, dugaan adanya manipulasi masih menjadi isu yang sensitif. Langkah BI akan mempengaruhi tingkat likuiditas pada pasar forward," urai Andy Ji, foreign-exchange strategist Commonwealth Bank of Australia di Singapura. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News