BI masih rahasiakan penanganan lanjutan capital inflow



JAKARTA. Gubernur Bank Indonesia (BI) Darmin Nasution enggan mengungkapkan kebijakan lanjutan yang disiapkan bank sentral dalam mengantisipasi imbas negatif dari terus membanjirnya aliran modal asing (capital inflow) ke sistem keuangan Indonesia.

"Saya belum ingin memberikan clue-nya, karena nanti terlalu mudah anda tebak arahnya," ujarnya kepada KONTAN.Sejauh ini BI masih mengandalkan tiga cara untuk mengatasi derasnya capital inflow ini. Pertama, bank sentral melakukan intervensi dengan menyedot dolar di pasar. Ini berimbas pada terus membengkaknya nilai cadangan devisa RI. Kedua, BI menerapkan kebijakan wajib pegang kepemilikan Sertifikat BI (SBI) 1 bulan. Kebijakan ini diyakini masih bisa memitigasi risiko pembalikan dana secara tiba-tiba alias sudden reversal. Ketiga, BI menggiring penyerapan ekses likuiditas ke instrumen term deposit dan secara bertahap memperpanjang tenor instrumen tersebut.Terkait desakan beberapa pihak agar BI mengikuti langkah Thailand dan Brazil yang menerapkan pajak bagi modal asing, BI menilai itu belum menjadi pilihan. "Pajak itu domain pemerintah," kata Darmin. Sumber KONTAN di bank sentral menjelaskan, sejatinya BI menilai penanganan capital inflow dengan menumpuk cadangan devisa masih bisa diandalkan. "Jika nanti ada pembalikan, kita tinggal gelontorkan dollar saja ke pasar, mengambil cadangan devisa itu," jelasnya. Nilai cadangan devisa RI saat ini sudah menyentuh angka US$ 91 miliar sampai pekan ketiga Oktober lalu. Naik signifikan senilai US$ 4,5 miliar dari posisi akhir September yang baru sebesar US$ 86,5 miliar. Peningkatan ini tidak bisa dilepaskan dari kian membeludaknya capital inflow ke Indonesia. BI membeli dolar di pasar agar nilai tukar rupiah tidak menguat terlalu cepat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Uji Agung Santosa