KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) yakin kalau nilai tukar rupiah masih akan perkasa di sepanjang tahun ini, meski masih teredepresiasi 4,83% ytd dibandingkan dengan akhir 2019. Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan apa faktor penyebab nilai tukar Garuda masih berpotensi menguat.
Baca Juga: Kurs rupiah bisa melemah menjelang akhir pekan "Ini seiring dengan fundamental yang masih
undervalued, didukung inflasi yang rendah dan terkendali, defisit transaksi berjalan yang rendah, imbal hasil aset keuangan domestik yang kompetitif, dan premi risiko yang turun," kata Perry, Kamis (16/7). Hal ini juga didukung oleh mata uang Garuda yang secara
point to point mengalami apresiasi 14,42% pada kuartal II-2020. Capaian ini dipengaruhi oleh aliran masuk modal asing yang cukup besar pada Mei 2020 dan Juni 2020. Sayangnya, jalan ke penguatan rupiah masih menemui hambatan karena secara rata-rata BI masih mencatat kalau nilai tukar rupiah terdepresiasi 4,53%. Ini disebabkan oleh tekanan yang besar pada April 2020 sehingga rupiah pada bulan tersebut masih berada di level yang lemah.
Pada awal Juli 2020, rupiah dan mata uang regional memang masih tertekan seiring dengan ketidakpastian global. Apalagi, ditambah dengan kembali meningkatnya risiko geopolitik Amerika Serikat (AS) dan China. Hingga kemarin, Rabu (15/7), rupiah tercatat mengalami depresiasi 2,28% baik secara
point to point maupun secara rata-rata, bila dibandingkan dengan level Juni 2020.
Baca Juga: Rupiah berpeluang menguat pada Jumat (17/7) setelah BI7DRR dipangkas Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi