JAKARTA. BI kembali menempuh kebijakan ekstrem untuk meredam gejolak di pasar finansial. Selain menaikkan BI rate langsung 50 basis poin (bps), untuk menjaga performa rupiah agar tak semakin terpuruk, Bank Indonesia (BI) juga memutuskan untuk memperpanjang Bilateral Swap Arrangement (BSA) dengan Bank of Japan. Bank sentral mencermati dampak dari kondisi eksternal. Difi A Johyansyah, Direktur Eksekutif BI menjelaskan, Rapat Dewan Gubernur (RDG) hari ini fokus pada beberapa perkembangan penting indikator ekonomi, moneter dan keuangan. Bilateral swap ini berguna menjaga likuiditas valuta asing di dalam negeri saat ketidakpastian pengurangan bertahap (tapering) stimulus moneter oleh the Fed terus memberikan tekanan pada pasar keuangan di berbagai negara.
Bank Indonesia mengklaim bahwa jumlah cadangan devisa (cadev) yang ada, masih cukup untuk menghadapi tekanan neraca pembayaran. Bantalan cadangan devisa US$ 12 miliar Namun demikian, masih tingginya tekanan dan ketidakpastian perekonomian global ke depan membuat bank sentral memerlukan langkah-langkah antisipasi baik. Caranya adalah penguatan respon berupa bauran kebijakan maupun ketahanan dalam menghadapi gejolak eksternal. "Termasuk bantalan kecukupan cadangan devisa secara berlapis (second line of defense)," jelas Difi.