JAKARTA. Seperti prediksi sejumlah analis ekonomi, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI), kemarin (5/7) tetap mempertahankan tingkat bunga acuan alias BI rate di level 6,5%. Itu berarti, bank sentral sudah 11 kali tak juga mengubah posisi BI rate sejak Agustus 2009 lalu.Pejabat Sementara Gubernur BI Darmin Nasution menyatakan, level BI rate tersebut masih mampu mendukung pemulihan ekonomi Indonesia. "Pemulihan ekonomi global terus berlanjut, berbagai indikator terkini di negara maju, seperti Amerika Serikat dan Jepang, terindikasi akan lebih kuat tahun depan," ujar dia, kemarin (5/7).Begitu juga dengan pemulihan ekonomi di negara-negara emerging economies, khususnya Asia termasuk China, India dan negara-negara ASEAN, tetap membaik dan menjadi daya dukung pemulihan ekonomi global. Sejauh ini, dampak krisis yang terjadi di Eropa lebih banyak menekan pasar keuangan global dan tidak terlihat berpengaruh pada pemulihan ekonomi global pada tahun 2010.Tetapi, berbagai langkah program stabilisasi dan penyelesaian krisis utang di Eropa itu akan berdampak pada prospek pertumbuhan ekonomi di kawasan ini pada tahun depan. Namun, efek tersebut tidak akan berpengaruh signifikan terhadap prospek pemulihan ekonomi global.Menurut Darmin, perbaikan ekonomi global berdampak positif bagi kinerja investasi Indonesia selama triwulan kedua tahun ini. siklus pemulihan ekonomi domestik menjadi lebih kuat karena tidak bertumpu hanya pada konsumsi masyarakat semata. BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi dapat mencapai 6% pada kuartal kedua 2010.Darmin juga menilai bahwa inflasi Indonesia belum terlalu mengkhawatirkan. Meski inflasi bulan lalu berlari kencang hingga 0,97%, tidak ada alasan bagi BI mendongkrak BI rate. BI memperkirakan, inflasi tahun ini tetap akan berada di kisaran 5% plus minus 1%.Toh begitu, Darmin melihat, inflasi berpeluang naik pada bulan-bulan mendapatng. "Sebab ada kenaikan tarif dasar listrik (TDL), Ramadhan, Idul Fitri, dan ketidakpastian cuaca yang mengganggu masa panen," katanya.Beberapa ekonom meramalkan, BI tidak akan mempertahankan BI rate sepanjang tahun ini. Rentetan pemicu inflasi akan memaksa BI mengerek suku bunga acuan. "Saya memperkirakan BI rate naik menjadi 7% pada kuartal keempat nanti," ujar Ekonom Standard Chartered Bank Fauzi Ichsan.Ekonom Econit Hendri Saparini memperkirakan, BI akan mempertahankan bunga acuan bank sentral hingga akhir tahun. Persoalannya, mulai Juli ini faktor-faktor internal akan mulai mendorong laju inflasi semakin kencang, seperti kenaikan TDL dan tahun ajaran baru.Berbagai faktor pendorong inflasi ini akan bergabung dengan faktor musiman, yakni bulan puasa dan lebaran. "Saat itu, BI akan mendapat tekanan, BI rate bisa naik 7% mulai kuartal ketiga," terangnya. Ruisya, beniCek Berita dan Artikel yang lain di Google News
BI Mempertahankan BI Rate untuk Ke-11 Kali
JAKARTA. Seperti prediksi sejumlah analis ekonomi, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI), kemarin (5/7) tetap mempertahankan tingkat bunga acuan alias BI rate di level 6,5%. Itu berarti, bank sentral sudah 11 kali tak juga mengubah posisi BI rate sejak Agustus 2009 lalu.Pejabat Sementara Gubernur BI Darmin Nasution menyatakan, level BI rate tersebut masih mampu mendukung pemulihan ekonomi Indonesia. "Pemulihan ekonomi global terus berlanjut, berbagai indikator terkini di negara maju, seperti Amerika Serikat dan Jepang, terindikasi akan lebih kuat tahun depan," ujar dia, kemarin (5/7).Begitu juga dengan pemulihan ekonomi di negara-negara emerging economies, khususnya Asia termasuk China, India dan negara-negara ASEAN, tetap membaik dan menjadi daya dukung pemulihan ekonomi global. Sejauh ini, dampak krisis yang terjadi di Eropa lebih banyak menekan pasar keuangan global dan tidak terlihat berpengaruh pada pemulihan ekonomi global pada tahun 2010.Tetapi, berbagai langkah program stabilisasi dan penyelesaian krisis utang di Eropa itu akan berdampak pada prospek pertumbuhan ekonomi di kawasan ini pada tahun depan. Namun, efek tersebut tidak akan berpengaruh signifikan terhadap prospek pemulihan ekonomi global.Menurut Darmin, perbaikan ekonomi global berdampak positif bagi kinerja investasi Indonesia selama triwulan kedua tahun ini. siklus pemulihan ekonomi domestik menjadi lebih kuat karena tidak bertumpu hanya pada konsumsi masyarakat semata. BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi dapat mencapai 6% pada kuartal kedua 2010.Darmin juga menilai bahwa inflasi Indonesia belum terlalu mengkhawatirkan. Meski inflasi bulan lalu berlari kencang hingga 0,97%, tidak ada alasan bagi BI mendongkrak BI rate. BI memperkirakan, inflasi tahun ini tetap akan berada di kisaran 5% plus minus 1%.Toh begitu, Darmin melihat, inflasi berpeluang naik pada bulan-bulan mendapatng. "Sebab ada kenaikan tarif dasar listrik (TDL), Ramadhan, Idul Fitri, dan ketidakpastian cuaca yang mengganggu masa panen," katanya.Beberapa ekonom meramalkan, BI tidak akan mempertahankan BI rate sepanjang tahun ini. Rentetan pemicu inflasi akan memaksa BI mengerek suku bunga acuan. "Saya memperkirakan BI rate naik menjadi 7% pada kuartal keempat nanti," ujar Ekonom Standard Chartered Bank Fauzi Ichsan.Ekonom Econit Hendri Saparini memperkirakan, BI akan mempertahankan bunga acuan bank sentral hingga akhir tahun. Persoalannya, mulai Juli ini faktor-faktor internal akan mulai mendorong laju inflasi semakin kencang, seperti kenaikan TDL dan tahun ajaran baru.Berbagai faktor pendorong inflasi ini akan bergabung dengan faktor musiman, yakni bulan puasa dan lebaran. "Saat itu, BI akan mendapat tekanan, BI rate bisa naik 7% mulai kuartal ketiga," terangnya. Ruisya, beniCek Berita dan Artikel yang lain di Google News