BI mencatat transaksi produk lokal di e-commerce hanya 6%-7% saja



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Saat ini Bank Indonesia (BI) sudah bisa mengawasi transaksi di e-commerce. BI melakukan pengawasan lewat machine to machine (M2M), sehingga bisa tahu pergerakan e-commerce dari dalam.

"Tanpa mereka menyampaikan apa-apa kita tahu pergerakan mereka dari detik ke detik. Kita sudah bisa merogoh mereka dari dapur," ujar Direktur Departemen Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran BI Ida Nuryanti kepada Kontan.co.id, Rabu (16/10).

Baca Juga: BI sebut banyak produk impor masuk lewat e-commerce, begini respons Tokopedia


Hanya saja, dari transaksi tersebut, BI mendapat pola baru yang berkembang di dalam negeri, yaitu masuknya produk luar negeri ke Indonesia, terutama dari China.

Menurut Ida, dalam transaksi di e-commerce tersebut hanya ada 6% - 7% transaksi produk lokal. Selebihnya adalah transaksi produk dari luar tersebut. Itu yang akhirnya menjadi tantangan tersendiri bagi negeri, terutama bagi produk dalam negeri.

Selain itu, perhitungan transaksi e-commerce pun diakui Ida sudah dimasukkan dalam perhitungan untuk menghitung pertumbuhan ekonomi Indonesia. Karena salah satu pilar pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah konsumsi.

Dari pemantauan transaksi tersebut, BI bisa melihat daerah mana yang paling banyak melakukan konsumsi lewat e-commerce. Namun, menurut Ida, konsumsi yang dilakukan dalam e-commerce hanya terbatas di barang-barang tersier, seperti fashion dan elektronik.

Baca Juga: Intip potensi pajak e-commerce, Ditjen Pajak kerjasama dengan BI

"Jadi bukan basic consumption. Konsumsi juga sudah bergeser karena kondisi perekonomian," tambah Ida.

Sebagai tambahan informasi, hingga saat ini sudah ada 5 e-commerce besar yang sudah diawasi, antara lain Lazada, Shopee, Bukalapak, Tokopedia, dan Traveloka. Menurut BI, 5 e-commerce tersebut sudah bisa mewakili 80% e-commerce yang ada di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli