BI mengaku eksposur di SUN saat ini hanya portofolio bukan intervensi rupiah



JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mengaku belum melakukan intervensi rupiah melalui pasar Surat Utang Negara (SUN) seperti yang akhir-akhir ini digembar-gemborkan. Jadi, kepemilikan BI di pasar SUN hanya sebatas portofolio investasi bank sentral bukan sebuah instrumen operasi moneter.

Jika BI menepati janjinya menjaga rupiah di pasar SUN. Yang dilakukan otoritas moneter tersebut adalah melepas dollar, bukan justru menggelontorkan rupiah di pasar surat utang.

Gubernur BI Darmin Nasution mengungkapkan intervensi SUN rupanya belum mendesak dilakukan dalam kondisi saat ini. "Kalau outflow-nya mengkhawatirkan dan lebih berat baru dilakukan. Saat ini, pembelian SUN di pasar bilateral maupun lelang masih menggunakan rupiah," terang Darmin, Jumat (30/9).


Sayangnya, Darmin enggan memaparkan seperti apa kondisi mengkhawatirkan yang ia maksud. Yang jelas, katanya BI sudah siap dengan Standar Operational Procedure (SOP) jika kondisi yang dimaksud terjadi.

Ia menambahkan langkah BI membeli SUN dalam rupiah bisa bermanfaat ganda. Selain menambah portofolio BI juga bisa menjaga agar harga SUN tidak jatuh. "Itu sebabnya kalau kita lelang kita pasang harga di atas pasar," tutur Darmin.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Departemen Keuangan, per 29 September 2011, eksposur BI di pasar SUN mencapai Rp 16,70 triliun. Angka tersebut melonjak 318,54% dari posisi akhir Agustus yaitu Rp 3,99 triliun.

Sekadar informasi, sebelumnya BI berjanji melakukan intervensi di pasar untuk menjaga rupiah dengan dua cara, yakni di pasar valas dan pasar SUN. BI menjual valas lalu mengambil rupiah untuk membeli SUN. Baik melalui lelang maupun bilateral.

Menurut Darmin pergerakan rupiah terhadap dollar AS saat ini lebih tenang karena tekanannya tidak seberat pekan lalu. Kurs Garuda ada pada level Rp 8.810 per dollar AS titik tengahnya dan tekanan tidak seberat seminggu lalu.

"Gejolak internasional belum selesai. Pasar masih merasa banyak ada ketidakpastian, terutama di Eropa. Meski demikian, dengan pernyataan parlemen Jerman mau membantu penyelesaian Eropa sudah merupakan titik terang penyelesaiannya di Eropa berjalan," jelas Darmin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: