BI menilai ekonomi China masih baik



JAKARTA. Bank Indonesia (BI) melihat pertumbuhan ekonomi China masih baik. Walaupun lembaga pemeringkat utang internasional, Moody's memangkas peringkat surat utang negeri tirai bambu tersebut. Dengan demikian, dampak terhadap Indonesia tidak terlalu signifikan.

Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, 10 tahun hingga 20 tahun yang lalu, rata-rata pertumbuhan ekonomi China masih di kisaran 10%. Namun, saat ini rata-rata pertumbuhan ekonomi China di kisaran 6%, yaitu sebesar 6,5% di tahun ini. Meski di kuartal I 2017 mencatatkan pertumbuhan 6,9%.

Menurut Agus, saat ini ekonomi China masih baik. Hal tersebut tampak pada leverage perusahaan milik pemerintahnya yang masih tinggi. Juga pertumbuhan kredit yang masih tinggi.


"Jadi proses di leveraging-nya itu masih berjalan," kata Agus, Senin (29/5) malam.

Sebelumnya, Moody's mengatakan reformasi struktural yang dilakukan China hanya bisa memperlambat bahaya tumpukan utang yang sudah sangat berbahaya. Akan tetapi, hal itu dinilai belum mampu menahan efeknya. Bahkan, Moody's membuka peluang penurunan peringkat lanjutan jika China tak bisa menahan gelembung utang.

Moody's memprediksi, ekonomi China melambat menjadi 5% di tahun ini dari pencapaian pertumbuhan ekonomi 6,7% di tahun lalu. Atas hal tersebut, pemerintah China melontarkan kritik.

Pemerintah China mencap, metodologi yang digunakan Moody's tidak tepat. China juga menuduh Moody's meremehkan reformasi struktural yang dilakukan pemerintahannya.

Catatan, Moody's menurunkan satu tingkat untuk surat utang China dan mata uang asing jangka panjang menjadi A1 dari Aa3. Tapi, outlook China menjadi stabil dari negatif. Saat ini, utang China mencapai 300% dari produk domestik bruto (PDB).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini