BI Menilai Pertumbuhan Kredit Masih Tinggi



JAKARTA. Likuiditas mulai encer, ruang gerak bank untuk ekspansi kredit kembali terbuka. Bank Indonesia (BI) memprediksi, pertumbuhan kredit bank sampai akhir tahun ini masih di atas 30%.

Direktur Penelitian dan Pengaturan Perbankan BI Halim Alamsyah mengatakan, beberapa bank yang memiliki likuiditas berlebih tetap melakukan ekspansi kredit. Sedangkan bank-bank yang likuiditasnya terbatas mulai mengurangi laju pertumbuhan kredit. "Secara nasional, pertumbuhan kredit Indonesia sudah menuju ke arah yang rasional," ujarnya, kemarin.

Halim mengatakan, sampai September 2008 lalu pertumbuhan kredit perbankan tercatat masih tinggi yakni 34,8%. "Di akhir tahun prediksi kami masih di atas 30%," tuturnya.


Halim mengingatkan, kondisi ekonomi yang melesu akan menaikkan risiko kredit perbankan. Namun, resesi belum dirasakan oleh bank lokal saat ini.

Halim merujuk ke pengalaman perbankan dan simulasi yang dilakukan BI, "Kualitas kredit akan memburuk dalam enam bulan ke depan," katanya.

Makanya, bank sentral meminta perbankan terus memantau kualitas kreditnya. Bank-bank juga harus memprioritaskan penyaluran kreditnya ke sektor produktif, bukan hanya sektor konsumsi. "BI akan terus memantau kualitas kredit bank dalam jangka menengah panjang," imbuhnya.

Sampai saat ini, kata Halim, risiko kredit yang di perbankan memang masih terbilang rendah. Hal ini terbukti dari rasio kredit macet atau non performing loan (NPL) yang masih di bawah 5%, persisnya 3,9%.

Gubernur BI Boediono menambahi, pertumbuhan kredit perbankan memang sudah kembali melonggar. Ini terjadi karena likuiditas di perbankan mulai berangsur kendur, terutama likuiditas dalam rupiah.

Untuk likuiditas dalam valuta asing (valas) memang masih cukup ketat. " Namun, problem likuiditas valas ini kemungkinan akan berakhir dalam enam bulan ke depan," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie