JAKARTA. Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) terus mengalami depresiasi. Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI) hari ini (22/7), rupiah melemah 0,29% ke level Rp 13.368 per dollar AS. Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan posisi Real Exchange Rate (RER) Indonesia saat ini sedikit di bawah level 100. Ini berarti rupiah berada pada posisi sedikit under value atau di bawah nilai seharusnya. Asal tahu saja, indeks level RER di bawah 100 adalah level yang under value. Menurutnya, level ini memungkinkan Indonesia untuk mempunyai daya saing dengan negara lain. Ekspor bisa diperbaiki walaupun harga komoditi turun. "Meskipun begitu infrastruktur harus diperbaiki agar minat realisasi investasi bisa terwujud," ujarnya, Rabu (22/7). Mantan Menteri Keuangan ini menjelaskan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) lalu harga komoditas ekspor Indonesia diperkirakan terkoreksi hingga 13%, dari sebelumnya 11%. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi dunia turun ke level 3,3% dari sebelumnya 3,39%. Sebagai informasi, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BS), ekspor Juni 2015 sebesar US$ 13,44 miliar atau turun 12,78% dibanding Juni tahun lalu yang ekspornya mencapai US$ 15,41 miliar. Bila ditarik dari awal tahun, ekspor Januari-Juni 2015 sendiri turun 11,86% ke US$ 78,29 miliar. Dari 22 komoditi yang diteliti BPS hanya satu komoditi yang mengalami kenaikan harga bila dibanding Juni tahun lalu yaitu kakao. Ekspor andalan Indonesia yaitu crude palm oil (CPO) atau minyak kelapa sawit harganya masih turun 21,82% pada Juni 2015 bila dibanding Juni 2014. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
BI menilai rupiah saat ini sudah under value
JAKARTA. Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) terus mengalami depresiasi. Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI) hari ini (22/7), rupiah melemah 0,29% ke level Rp 13.368 per dollar AS. Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan posisi Real Exchange Rate (RER) Indonesia saat ini sedikit di bawah level 100. Ini berarti rupiah berada pada posisi sedikit under value atau di bawah nilai seharusnya. Asal tahu saja, indeks level RER di bawah 100 adalah level yang under value. Menurutnya, level ini memungkinkan Indonesia untuk mempunyai daya saing dengan negara lain. Ekspor bisa diperbaiki walaupun harga komoditi turun. "Meskipun begitu infrastruktur harus diperbaiki agar minat realisasi investasi bisa terwujud," ujarnya, Rabu (22/7). Mantan Menteri Keuangan ini menjelaskan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) lalu harga komoditas ekspor Indonesia diperkirakan terkoreksi hingga 13%, dari sebelumnya 11%. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi dunia turun ke level 3,3% dari sebelumnya 3,39%. Sebagai informasi, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BS), ekspor Juni 2015 sebesar US$ 13,44 miliar atau turun 12,78% dibanding Juni tahun lalu yang ekspornya mencapai US$ 15,41 miliar. Bila ditarik dari awal tahun, ekspor Januari-Juni 2015 sendiri turun 11,86% ke US$ 78,29 miliar. Dari 22 komoditi yang diteliti BPS hanya satu komoditi yang mengalami kenaikan harga bila dibanding Juni tahun lalu yaitu kakao. Ekspor andalan Indonesia yaitu crude palm oil (CPO) atau minyak kelapa sawit harganya masih turun 21,82% pada Juni 2015 bila dibanding Juni 2014. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News