BI minta bank lebih gencar salurkan kredit usaha



JAKARTA.  Perjamuan para bankir itu baru saja berlalu. Namun, sejumlah pekerjaan rumah sudah di depan mata. Dalam waktu dekat, Bank Indonesia (BI) akan mengeluarkan aturan yang mewajibkan bank menyalurkan kredit ke usaha-usaha produktif.     

Regulator industri perbankan menilai, penyaluran kredit produktif perbankan saat ini lebih rendah dibandingkan konsumtif. Padahal,   kredit modal kerja, investasi dan usaha menengah dan kecil (UMKM) bisa mendorong pertumbuhan ekonomi dan membuka lapangan kerja   

Hal ini penting mengingat ada risiko besar yang akan dihadapi Indonesia. Pertama, ketidakpastian penyelesaian krisis ekonomi global. Kedua, dampak atas kebijakan fiskal cliff Amerika Serikat.


Mengantisipasi hal itu, sejumlah aturan untuk mendorong pertumbuhan dalam negeri harus dilakukan. Salah satunya dengan mendorong peran bank di sektor riil.

Menurut     Gubernur BI, Darmin Nasution,  sejak September tahun lalu, pertumbuhan kredit konsumtif, seperti kredit pemilikan rumah (KPR) dan kendaraan bermotor (KKB) lebih cepat dibandingkan rata-rata kredit. Saat itu, pertumbuhan KPR 43,2% KKB 62%, sedangkan total industri hanya 24%.

Namun bank berdalih, tak semua kredit konsumer bersifat konsumtif. Salah satunya kredit pemilikan rumah (KPR).     "KPR tak konsumtif karena rumah untuk tempat tinggal,  bukan investasi , " ujar  Irman Alvian Zahiruddin, Direktur Konsumer Bank Tabungan Negara (BTN).   Kata Irman, mayoritas debitur BTN mengambil KPR untuk ditempati atau rumah pertama.

Dari Rp 76 triliun kredit BTN, sebanyak 85% mengalir ke sektor konsumer berupa KPR, apartemen (KPA), ruko dan pembiayaan konstruksi ke para pengembang.  Cuma 15% mengalir ke sektor mikro lewat kredit usaha rakyat.        

Direktur Ritel Bank Permata Lauren Sulistiawati  menambahkan,   Kredit Tanpa Agunan (KTA) juga kerap digunakan untuk biaya pendidikan atau renovasi rumah.   Kata dia, pembatasan portofolio kredit konsumer akan berpengaruh ke pertumbuhan kredit dan pendapatan   bank. "Kontribusi kredit konsumer ke pendapatan 65%, dari wholesale banking sekitar 35%," katanya.

Presiden Direktur BII, Dato' Khairussaleh Ramli, mengaku portofolio kredit terbesar BII ke konsumer yaitu 30% dan global wholesale banking 37%, sedangkan untuk UKM hanya  16%. BII berjanji menggenjot pembiayaan ke sektor mikro.

Namun, komposisi terbesar kredit BII masih bakal mengalir ke kredit konsumer,  yakni 36%-37%. "Kalau memang harus ke produktif, kami sudah membiayai kredit  manufaktur, pengolahan, supply chain dan pengusaha mikro," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Djumyati P.