JAKARTA. Net interest margin (NIM) alias selisih antara suku bunga kredit dengan suku bunga simpanan di Indonesia tergolong tinggi. Hingga Juli 2010, rata-rata NIM perbankan mencapai 5,78%, naik 3,9% dari periode yang sama tahun lalu. Bank Indonesia (BI) inginkan perbankan nasional menekan NIM. Sebab, NIM perbankan di Singapura, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam berada di bawah 4%. Kepala Biro Humas BI Difi A. Johansyah mengatakan, NIM sangat penting untuk ukuran efisiensi perbankan. “Misalnya kemarin ada kenaikan GWM, perbankan langsung akan menaikkan suku bunga. Kenapa tidak diturunkan NIM-nya?” kata Difi, Rabu (15/9). Untuk itu, BI bakal menerbitkan aturan prime lending rate yang mewajibkan perbankan melaporkan struktur pembentuk suku bunga kredit. BI berharap, prime lending rate mampu memunculkan kompetisi dan nasabah bisa memilih. “Ujung-ujungnya, ada efisiensi dan nasabah yang diuntungkan,” tandasnya.
BI minta perbankan tekan NIM
JAKARTA. Net interest margin (NIM) alias selisih antara suku bunga kredit dengan suku bunga simpanan di Indonesia tergolong tinggi. Hingga Juli 2010, rata-rata NIM perbankan mencapai 5,78%, naik 3,9% dari periode yang sama tahun lalu. Bank Indonesia (BI) inginkan perbankan nasional menekan NIM. Sebab, NIM perbankan di Singapura, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam berada di bawah 4%. Kepala Biro Humas BI Difi A. Johansyah mengatakan, NIM sangat penting untuk ukuran efisiensi perbankan. “Misalnya kemarin ada kenaikan GWM, perbankan langsung akan menaikkan suku bunga. Kenapa tidak diturunkan NIM-nya?” kata Difi, Rabu (15/9). Untuk itu, BI bakal menerbitkan aturan prime lending rate yang mewajibkan perbankan melaporkan struktur pembentuk suku bunga kredit. BI berharap, prime lending rate mampu memunculkan kompetisi dan nasabah bisa memilih. “Ujung-ujungnya, ada efisiensi dan nasabah yang diuntungkan,” tandasnya.