BI minta tetap mewaspadai inflasi inti



JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada bulan Maret terjadi inflasi sebesar 0,08%. Inflasi ini lebih rendah dibanding perkiraan Bank Indonesia (BI) sebelumnya yang mencapai 0,1%.Kepala BPS Suryamin mengatakan inflasi bulan Maret 2014 ini tergolong inflasi yang cukup rendah. Sebelumnya, pada periode yang sama tahun lalu inflasi mencapai 0,63%. Sementara itu, inflasi tahun ke tahun (year on year) sebesar 7,32%.Menanggapi hal tersebut, Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo mengungkapkan, apa yang dicatatkan oleh BPS relevan dengan apa yang sudah diprediski BI dari hasil survei pada pekan ke-II bulan Maret 2014."Jadi saya menyambut baik bahwa inflasi tetap terjaga, terjadi penurunan secara konsisten sampai dengan bulan Maret," ujar Agus di Gedung BI, Jakarta, Selasa (1/4).Data inflasi yang berada di bawah perkiraan BI diharapkan akan mampu mempengaruhi penurunan defisit neraca perdagangan Indonesia. Bahkan Agus juga berharap, neraca perdagangan dapat mencatatkan surplus pada Maret nantinya.Meski inflasi rendah, namun Agus mengungkapkan untuk tetap mewaspadai laju inflasi inti mengingat pada bulan Maret inflasi inti masih lumayan tinggi yaitu sebesar 0,21% sementara year on year mencapai 4,61%."Untuk core inflation adalah yang lebih diwaspadai karena merupakan komponen yang banyak terkait dengan hajat hidup orang banyak," jelasnya. Dengan menjaga inflasi inti, harga barang dan jasa akan dapat terjaga sehingga tidak menyumbang angka inflasi yang cukup tinggi.Seperti diketahui, dari 82 kota indeks harga konsumen (IHK) yang disurvei BPS, sebanyak 45 daerah mengalami inflasi sementara 37  kota lainnya masih bisa mengalami deflasi.Inflasi tertinggi terjadi di Merauke sebesar 1,15% akibat kenaikan harga komoditas seperti ikan segar, cabai rawit, merah, tarif angkutan udara, bahan bangunan.Inflasi terendah di Kediri dan Makassar 0,02%. Dan deflasi tertinggi 2,43%. Sebagai dampak penurunan harga angkutan udara, turun harga ikan segar, bawang merah dan telur ayam ras.Bahan makanan minus 0,11%. Makanan jadi, minuman rokok dan tembakau sumbang 0,07%. Disusul transport komunikasi dan jasa keuangan 0,05%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Sanny Cicilia