JAKARTA. Langkah Bank Indonesia (BI) mengendalikan capital inflow masih berlanjut. Setelah mewajibkan penahanan dana satu bulan di Sertifikat Bank Indonesia (SBI) alias one month holding, BI menghapus sementara lelang SBI 3 bulan.Hari ini, Kamis (11/11), giliran BI menawarkan term deposit atau produk fine tuning kontaksi (FTK) 1 bulan dan 2 bulan. Direktur Bank Mandiri Thomas Arifin menilai, hal ini merupakan salah satu dampak lanjutan dari penghilangan lelang SBI 3 bulan. "BI juga akan mengadakan fasilitas reserve repo," katanya, Rabu (10/11) malam.Direktur Bank Hana Edy Kuntardjo berpendapat, kebijakan-kebijakan BI tersebut merupakan langkah menahan aliran modal yang masuk ke Indonesia atau capital inflow di instrumen rupiah yang masih tinggi. "Khususnya mengantisipasi terjadinya gejolak capital outflow versus cadangan devisa kita," tegas Edy.Edy memprediksi, dana-dana asing tak akan tertarik dengan instrumen term deposit. Dana asing kebanyakan akan tetap mengalir ke SBI, terutama Surat Utang Negara (SUN). "Karena time deposit pemindahan kepemilikan atau penjualannya tidak semudah SBI atau SUN," imbuhnya.Yang jelas, Deputi Gubernur BI Hartadi A. Sarwono menyatakan, di tengah-tengah derasnya capital inflow BI berpandangan, penyerapan kelebihan likuiditas lebih baik dilakukan melalui instrumen moneter yang tidak dapat diperdagangkan. "Karena itu kita beralih dari SBI yang bisa diperdagangkan di secondary market, menjadi term deposit yang tidak dapat diperdagangkan," katanya kepada KONTAN, Rabu (10/11) malam.Terkait penerbitan term deposit, Edy menilai, perbankan masih akan tetap meminati instrumen ini. Sebab, likuiditas perbankan masih tetap tinggi.Maklum, bank juga perlu instrumen untuk meletakkan ekses likuiditas yang berlebih. "Ini terjadi walaupun sudah diberlakukan GWM primer 8%," cetus Edy.Dalam lelang kemarin Rabu (10/11), BI hanya mengadakan lelang SBI 6 bulan dan 9 bulan dengan target penyerapan sekitar Rp 60 triliun. Sementara itu, ekses likuiditas diperkirakan sekitar Rp 150 triliun.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
BI mulai tawarkan term deposit hari ini, untuk kendalikan capital inflow
JAKARTA. Langkah Bank Indonesia (BI) mengendalikan capital inflow masih berlanjut. Setelah mewajibkan penahanan dana satu bulan di Sertifikat Bank Indonesia (SBI) alias one month holding, BI menghapus sementara lelang SBI 3 bulan.Hari ini, Kamis (11/11), giliran BI menawarkan term deposit atau produk fine tuning kontaksi (FTK) 1 bulan dan 2 bulan. Direktur Bank Mandiri Thomas Arifin menilai, hal ini merupakan salah satu dampak lanjutan dari penghilangan lelang SBI 3 bulan. "BI juga akan mengadakan fasilitas reserve repo," katanya, Rabu (10/11) malam.Direktur Bank Hana Edy Kuntardjo berpendapat, kebijakan-kebijakan BI tersebut merupakan langkah menahan aliran modal yang masuk ke Indonesia atau capital inflow di instrumen rupiah yang masih tinggi. "Khususnya mengantisipasi terjadinya gejolak capital outflow versus cadangan devisa kita," tegas Edy.Edy memprediksi, dana-dana asing tak akan tertarik dengan instrumen term deposit. Dana asing kebanyakan akan tetap mengalir ke SBI, terutama Surat Utang Negara (SUN). "Karena time deposit pemindahan kepemilikan atau penjualannya tidak semudah SBI atau SUN," imbuhnya.Yang jelas, Deputi Gubernur BI Hartadi A. Sarwono menyatakan, di tengah-tengah derasnya capital inflow BI berpandangan, penyerapan kelebihan likuiditas lebih baik dilakukan melalui instrumen moneter yang tidak dapat diperdagangkan. "Karena itu kita beralih dari SBI yang bisa diperdagangkan di secondary market, menjadi term deposit yang tidak dapat diperdagangkan," katanya kepada KONTAN, Rabu (10/11) malam.Terkait penerbitan term deposit, Edy menilai, perbankan masih akan tetap meminati instrumen ini. Sebab, likuiditas perbankan masih tetap tinggi.Maklum, bank juga perlu instrumen untuk meletakkan ekses likuiditas yang berlebih. "Ini terjadi walaupun sudah diberlakukan GWM primer 8%," cetus Edy.Dalam lelang kemarin Rabu (10/11), BI hanya mengadakan lelang SBI 6 bulan dan 9 bulan dengan target penyerapan sekitar Rp 60 triliun. Sementara itu, ekses likuiditas diperkirakan sekitar Rp 150 triliun.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News