BI optimistis ekonomi kuartal II-2021 tumbuh hingga 7%, berikut faktor pendorongnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) optimistis perekonomian kuartal II-2021 tumbuh tinggi. Gubernur BI Perry Warjiyo menggadang, pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua mampu meroket di kisaran 6% hingga 7%.

“Ekspor bagus, stimulus juga lanjut. Mobilitas akan lebih baik dengan vaksinasi meski vaksinasi tak secepat yang kita perkirakan,” katanya saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (20/4).

Dari sisi ekspor, kinerja ekspor terus membaik dan bahkan bergerak lebih tinggi dari perkiraan di awal tahun. Ini didorong oleh komoditas andalan Indonesia antara lain kelapa sawit, crude palm oil (CPO), bijih logam, kendaraan bermotor, dan besi baja. 


Peningkatan ekspor ini ditopang kenaikan permintaan mitra dagang utama Indonesia, khususnya negara Amerika Serikat (AS) dan China. Pun secara spasial, kinerja ekspor membaik dan terjadi di Pulau Jawa, Pulau Sulawesi, Pulau Maluku.

Baca Juga: BI merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi 2021 di kisaran 4,1%-5,1%

Selain itu, Perry juga mengapresiasi stimulus fiskal pemerintah yang sudah digulirkan dalam bentuk bantuan sosial, belanja barang, dan belanja modal. Apalagi, ini meningkat lebih tinggi dari perkiraan. 

Perry bilang, kekuatan perekonomian juga datang dari konsumsi swasta yang mengalami peningkatan ditandai dengan naiknya berbagai indikator seperti ekspektasi konsumen dan penjualan ritel. 

Ke depan, Perry berharap ekonomi domestik semakin membaik pada kuartal-kuartal setelahnya, didukung dengan perbaikan kinerja ekspor dan berlanjutnya stimulus fiskal, serta investasi yang tercermin dari indikator PMI Manufaktur yang terus meningkat. 

“Vaksinasi juga sudah dilakukan. Namun, masyarakat tetap perlu menerapkan disiplin protokol kesehatan untuk mendukung percepatan dan perbaikan permintaan domestik,” ujarnya. 

Dan untuk keseluruhan tahun 2021, bank sentral memperkirakan pertumbuhan ekonomi ada di kisaran 4,1% hingga 5,1%. 

Selanjutnya: Ekspor melejit, Sri Mulyani: Jadi sinyal baik untuk produk non-migas

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi