KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Salah satu kabar gembira yang muncul pada awal kuartal IV-2023. Bank Indonesia (BI) mengungkapkan, ada aliran modal asing yang masuk ke pasar keuangan dalam negeri. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, dari awal Oktober 2023 hingga 21 November 2023, ada aliran masuk modal asing secara neto sebesar US$ 2,6 miliar. Perry mengungkapkan, masuknya dana asing ke pasar keuangan dalam negeri seiring dengan fundamental ekonomi Indonesia yang masih baik.
“Faktor utama terkait menarik dana asing adalah faktor fundamental, seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi yang rendah, perbedaan suku bunga,” terang Perry dalam konferensi pers, Kamis (23/11).
Baca Juga: BI: TD Valas DHE Sudah Capai US$ 2,2 Miliar Sehingga ke depan, bila memang faktor fundamental Indonesia dinilai masih kokoh, maka tak akan menutup kemungkinan dana asing tetap masuk meski dalam gonjang-ganjing ekonomi global. Meski demikian, Perry juga mengingatkan bahwa ada faktor-faktor lain yang memengaruhi pergerakan dana asing, termasuk indikator yang menunjukkan risiko global. Salah satunya, bisa dilihat dari premi risiko investasi atau
credit default swap (CDS). Ini yang sempat terjadi pada September 2023 lalu, saat premi CDS tinggi, dana asing pun hengkang dari pasar keuangan dalam negeri. Ke depan, BI akan berupaya untuk menarik masuknya aliran dana asing dari luar negeri. BI sendiri telah mengeluarkan instrumen moneter Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), juga Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI).
Baca Juga: Kado Dividen Interim Perbankan di Akhir Tahun dan Rekomendasi Analis Instrumen pro market tersebut dioptimalkan guna meningkatkan manajemen likuiditas institusi keuangan domestik dan menarik masuknya aliran portofolio asing dari luar negeri. Selain di instrumen portofolio, BI juga akan mendukung implementasi instrumental penempatan valas devisa hasil ekspor (DHE) sumber daya alam (SDA) sejalan dengan PP no. 36 tahun 2023. Upaya-upaya tersebut diharapkan mampu bermuara pada nilai tukar rupiah yang terkendali, meskipun ketidakpastian global masih tinggi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli