JAKARTA. Kebijakan Bank Indonesia (BI) mengurangi penawaran instrumen Sertifikat Bank Indonesia (SBI) tenor menengah dan menggantikannya dengan term deposit akan "memaksa" bankir untuk lebih jeli mengelola kebutuhan likuiditas hariannya. BI mengharapkan pasar uang antar bank (PUAB) dan pasar repo surat berharga bisa semakin berairah. Deputi Gubernur BI Budi Mulya menjelaskan, BI menilai perbankan selama ini terlalu bergantung pada bank sentral dalam pengelolaan likuiditasnya, baik untuk kebutuhan harian maupun untuk rentang lebih panjang. Nah, dengan langkah penyedotan likuiditas melalui instrumen lebih panjang, bank akan dipaksa berpikir untuk memastikan kebutuhan likuiditas hariannya tetap terpenuhi ketika dana berlebihnya sudah terlanjut parkir di instrumen tenor panjang. "Dana mereka kan dikunci di instrumen bertenor 3, 6, 9 bulan, itu kan bank harus meyakini jika kebutuhan likuiditas hariannya tidak terganggu," ujarnya di Jakarta, Kamis (11/11).Bank bisa menyasar pasar uang antar bank yang selama ini dinilai masih kurang optimal dimanfaatkan bank untuk pengelolaan likuiditas. Tak hanya itu, BI juga ingin bank bisa memanfaatkan fasilitas repurchase agreement (repo) alias gadai surat berharga baik SUN maupun SBI. "Itu yang didorong oleh BI," jelas Budi.BI meyakini, meski ekses likuiditas sudah banyak disedot dengan term deposit maupun dengan SBI tenor panjang, kecukupan likuiditas perbankan masih memadai untuk berekspansi. "Emangnya dana bank cuma di term deposit? Ekses likuiditas bank itu banyak dan tugas kami untuk memastikan jika ekses tersebut tidak memberatkan perekonomian," katanya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
BI paksa bank untuk lebih jeli atur likuiditas harian
JAKARTA. Kebijakan Bank Indonesia (BI) mengurangi penawaran instrumen Sertifikat Bank Indonesia (SBI) tenor menengah dan menggantikannya dengan term deposit akan "memaksa" bankir untuk lebih jeli mengelola kebutuhan likuiditas hariannya. BI mengharapkan pasar uang antar bank (PUAB) dan pasar repo surat berharga bisa semakin berairah. Deputi Gubernur BI Budi Mulya menjelaskan, BI menilai perbankan selama ini terlalu bergantung pada bank sentral dalam pengelolaan likuiditasnya, baik untuk kebutuhan harian maupun untuk rentang lebih panjang. Nah, dengan langkah penyedotan likuiditas melalui instrumen lebih panjang, bank akan dipaksa berpikir untuk memastikan kebutuhan likuiditas hariannya tetap terpenuhi ketika dana berlebihnya sudah terlanjut parkir di instrumen tenor panjang. "Dana mereka kan dikunci di instrumen bertenor 3, 6, 9 bulan, itu kan bank harus meyakini jika kebutuhan likuiditas hariannya tidak terganggu," ujarnya di Jakarta, Kamis (11/11).Bank bisa menyasar pasar uang antar bank yang selama ini dinilai masih kurang optimal dimanfaatkan bank untuk pengelolaan likuiditas. Tak hanya itu, BI juga ingin bank bisa memanfaatkan fasilitas repurchase agreement (repo) alias gadai surat berharga baik SUN maupun SBI. "Itu yang didorong oleh BI," jelas Budi.BI meyakini, meski ekses likuiditas sudah banyak disedot dengan term deposit maupun dengan SBI tenor panjang, kecukupan likuiditas perbankan masih memadai untuk berekspansi. "Emangnya dana bank cuma di term deposit? Ekses likuiditas bank itu banyak dan tugas kami untuk memastikan jika ekses tersebut tidak memberatkan perekonomian," katanya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News