BI pangkas lagi proyeksi pertumbuhan. Kenapa?



JAKARTA. Sudah jelas sinyal bahwa perekonomian Indonesia 2014 mengalami perlambatan yang cukup dalam. Untuk itu Bank Indonesia (BI) merevisi pertumbuhan ekonomi pada tahun pemilihan umum (pemilu) ini hanya berada pada kisaran 5,1%-5,5%.

Perlu diketahui, BI sudah merevisi dua kali pertumbuhan ekonomi tahun ini. Awalnya BI masih menetapkan pertumbuhan di kisaran 5,7%-6,3%. Kemudian direvisi menjadi 5,5%-5,9%.

Lalu pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) hari ini, (8/5) otoritas moneter ini kembali mengubah prediksi pertumbuhan menjadi lebih pesimis yaitu 5,1%-5,5%.


Alasan BI adalah, pertumbuhan ekonomi tahun 2014 cenderung lemah adalah kinerja ekspor yang tertekan sangat dalam.

BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun ini hanya bisa tumbuh 1,5%-1,9%. Padahal sebelumnya diperkirakan ekspor bisa tumbuh hingga 8,1%-8,5% dengan asumsi pertumbuhan 5,5%-5,9%.

Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, ada tiga faktor yang menyebabkan pertumbuhan ekspor riil menyusut. Pertama, melambatnya permintaan ekspor terutama dari negeri China. Negeri tirai bambu yang adalah mitra dagang terbesar Indonesia tersebut berdasarkan perkembangan terakhir pertumbuhannya hanya 7,3%. 

Kedua, harga komoditas dunia yang ternyata masih turun. BI mencatat harga tembaga masih turun 8,1% pada tahun ini diikuti batu bara yang turun 5,2% serta karet yang turun hingga 15,6%.

Ketiga, dampak penerapan Undang-Undang minerba yang melarang ekspor mineral mentah. BI menghitung dampak pelarangan ekspor mineral mentah terhadap penurunan kinerja ekspor mineral hingga akhir tahun mencapai US$ 3,8 miliar. "Maka dari itu BI merevisi ke bawah pertumbuhan tahun ini," ujar Agus, Kamis (8/5).

Perlambatan ekspor sendiri memang sudah terlihat pada data triwulan pertama kemarin. Ekspor barang dan jasa pertumbuhannya minus 0,78%. Alhasil perekonomian hanya mampu tumbuh 5,21%.

Dirinya menampik lemahnya perekonomian triwulan satu akibat kebijakan moneter ketat yang dipertahankannya. Alasannya konsumsi rumah tangga masih tumbuh kuat bahkan meningkat menjadi 5,61%. Sebelumnya konsumsi rumah tangga pada triwulan satu tahun lalu hanya sebesar 5,24%.

Konsumsi rumah tangga masih akan menjadi tulang punggung perekonomian tahun ini, diikuti investasi yang menurut perkiraan BI hingga akhir tahun mampu bertumbuh 4,8%-5,2%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Asnil Amri