BI Pangkas Suku Bunga Acuan, Yield SUN 10 Tahun Berpotensi Naik ke 7,5%



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Yield Surat Utang Negara (SUN) acuan 10 tahun berpotensi menuju level 7,5%. Hal ini seiring penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI) sebesar 25 basis poin (bps) ke 5,75%.

Fixed Income & Macro Strategist Mega Capital Sekuritas, Lionel Priyadi mengatakan, keputusan BI memangkas suku bunga acuan cukup kontroversial di tengah tekanan depresiasi yang kuat terhadap rupiah.

"Kami melihat bahwa waktu pemangkasan suku bunga BI terlalu terburu-buru," ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (16/1).


Baca Juga: BI Pangkas Suku Bunga, Simak Saham Rekomendasi Analis

Walaupun Mega Capital Sekuritas melihat tanda-tanda awal pembalikan arus modal asing. Berdasarkan datanya, arus masuk asing sebesar Rp 4,68 triliun ke SRBI dan Rp 6,54 triliun ke pasar obligasi yang lebih luas (SUN, INDON, dan SBSN) di paruh pertama Januari, di tengah arus keluar asing sebesar Rp 1,51 triliun dari SVBI dan SuVBI, serta Rp 5,03 triliun dari saham.

"Namun masih terlalu dini untuk menyerukan pembalikan arus modal asing secara keseluruhan," tuturnya.

Lionel menilai rupiah bisa saja melemah ke kisaran Rp 16.500 - Rp 16.900 per dolar AS. Jika terjadi, maka imbal hasil SUN 10 tahun berpotensi meningkat ke 7,5%.

Berdasarkan Trading Economics, yield SUN 10 tahun berada di level 7,29% pada Kamis (16/1) pukul 14.34 WIB. Sepekan terakhir angka itu naik 0,12% dan dalam sebulan naik 0,23, sehingga mengakumulasi kenaikan 0,3% sejak awal tahun.

Baca Juga: BI Pangkas Suku Bunga, Pemerintah Optimitis Daya Beli Masyarakat Terdongkrak

Di sisi lain, Lionel berpendapat bahwa kesediaan BI mengambil risiko besar dalam jangka pendek didorong oleh kepercayaan diri BI terhadap fundamental ekonomi makro Indonesia.

Pertama, keputusan Kementerian Keuangan untuk mengerem pengeluaran pada Desember 2024, khususnya dengan membatalkan pencairan dana alokasi umum (DAU) dan dana alokasi khusus (DAK) yang diperkirakan mencapai Rp 140 triliun sampai  Rp 150 triliun, untuk menjaga kehati-hatian fiskal.

"Kami mengkonfirmasi informasi ini melalui analisis terhadap rilis terbaru realisasi APBN, serta diskusi dengan berbagai bank daerah (BPD)," terangnya.

Hal lainnya adalah peningkatan surplus perdagangan kuartal IV 2024 menjadi US$ 9,09 miliar dari kuartal III 2024 sebesar US$ 6,51 miliar. Perbaikan ini meningkatkan probabilitas defisit transaksi berjalan 2024 berada di kisaran -0,6% hingga -0,7% dari PDB.

Baca Juga: BI Pangkas Suku Bunga Jadi 5,75%, Perry Ungkap Sejumlah Alasannya

"Faktanya, keputusan penurunan suku bunga BI dapat menjaga defisit transaksi berjalan Indonesia tetap terkendali di kisaran -0,8% hingga -1% dari PDB pada tahun 2025 melalui pelemahan rupiah, yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan ekspor," tutupnya.

Selanjutnya: Daftar 11 Perusahaan Afiliasi Sritex yang Ikut Daftarkan Tagihan Utang

Menarik Dibaca: Promo Alfamart Paling Murah Sejagat 16-23 Januari 2025, Susu Anak Diskon s/d Rp19.600

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli