BI Pangkas Suku Bunga Jadi 5,75%, Perry Ungkap Sejumlah Alasannya



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memutuskan memangkas suku bunga acuan atau BI-Rate sebesar 25 basis poin (bps) ke level 5,75% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI 14-15 Januari 2025.

Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan, alasan BI memangkas suku bunga di tengah nilai tukar rupiah yang masih depresiasi karena BI sudah bisa membaca pergerakan The Fed terkait kebijakan Federal Funds Rate (FFR) pasca Donald Trump terpilih menjadi Presiden AS pada pemilu 2024.

Semula pasar memperkirakan FFR akan turun 75 bps hingga 50 bps pada 2025 ini. Akan tetapi, BI membaca kemungkinan FFR hanya akan turun 25 bps pada tahun ini. 


“Sekarang kami sudah mulai paham, kemungkinan Fed Fund Rate hanya sekali 25 bps, itu sudah kami hitung,” tutur Perry dalam konferensi pers, Rabu (15/1). 

Baca Juga: BI Proyeksi Ekonomi Global Meningkat, tapi Ketidakpastian Pasar Keuangan Berlanjut

Perry menjelaskan, terdapat dua faktor yang mempengaruhi arah pergerakan BI-Rate, di antaranya dinamika yang terjadi di global terutama kebijakan yang ditempuh pemerintah AS dan kebijakan The Fed dan juga nasional. 

Dari hasil pengamatannya, kondisi ketidakpastian global tahun ini masih tinggi. Meski begitu, Perry menyampaikan ketidakpuasan tersebut masih bisa ditakar, utamanya terkait arah kebijakan defisit fiskal pemerintah AS yakni mencapai 7,7% dari produk domestik bruto (PDB), serta perkiraan berapa besar dari dampak dari imbal hasil US Treasury tahun ini yang diperkirakan tetap tinggi. 

Sementara itu, untuk perkembangan ekonomi domestik tahun ini, Perry melihat kondisi inflasi masih akan tetap rendah sesuai target 2,5% plus minus 1%. Bahkan dalam dua tahun ke depan diperkirakan masih rendah, sehingga masih ada ruang penurunan suku bunga.

Baca Juga: Bank Indonesia Pangkas Suku Bunga Acuan BI Rate Menjadi 5,75% Pada Januari 2025

“Dua dampak ini juga kami sudah bisa memperkirakan arah pergerakan dolar indexnya. Bukan kami harus menunggu semuanya jelas, namanya pengambilan keputusan selalu menghadapi ketidakpastian, yang tadi ada dua itu,” ungkapnya. 

Perry menyebut, kondisi ketidakpastian perekonomian global dan dampaknya terhadap pergerakan nilai tukar rupiah akan menjadi fokus utama perhatian BI.  Meski begitu, Ia nilai kondisi nilai tukar rupiah saat ini sekarang relatif stabil dan sejalan dengan nilai fundamentalnya ke depan.

Lebih lanjut, Perry menambahkan, alasan BI memangkas suku bunga pada bulan ini didasari data-data pada kuartal IV 2024. Misalnya, pertumbuhan ekonomi diperkirakan masih kisaran 5% pada akhir 2024. 

Baca Juga: Utang Jatuh Tempo SRBI Mencapai Rp 922,4 Triliun di 2025, Terbesar di Kuartal II

Kemudian, meskipun prediksi pertumbuhan ekonomi tahun ini diperkirakan lebih rendah dari perkiraan yakni dari 4,8%-5,5% dengan titik tengah 5,2%, menjadi 4,7%-5,5% menjadi titik tengah 5,1%, tetapi proyeksi pertumbuhan ekonomi tersebut masih kisaran 5% an.

This is the timing untuk menurunkan suku bunga supaya bisa menciptakan growth story yang lebih baik atau mendorong pertumbuhan untuk menciptakan pertumbuhan,” tandasnya.

Selanjutnya: Saham Bank Jumbo Tertekan, Begini Prospeknya

Menarik Dibaca: Lalaven Medica dan Prof. Xanya Sofra Hadirkan Teknologi Infinity Gym

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli