KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) resmi menurunkan suku bunga acuan atawa BI 7 Day Reserve Repo Rate (BI7-DRRR) sebesar 25 bps pada Kamis (19/11). Dengan demikian, suku bunga acuan ada di level 3,75%. Hal ini juga menjadi kabar buruk bagi investor yang memiliki portofolio investasi pada deposito. Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi mengatakan, dengan turunnya suku bunga acuan, perbankan bakal segera menurunkan bunga depositonya. Reksadana pasar uang yang portofolionya banyak ditempatkan pada deposito pun bersiap akan mengalami penurunan imbal hasil. “Secara umum, kinerja reksadana pasar uang akan terdampak dan imbal hasilnya berpeluang menyusut. Kendati demikian, jika Manajer Investasi (MI) punya strategi yang baik dengan memilih obligasi yang tepat, sebenarnya dapat menahan penurunan agar tidak signifikan,” kata dia kepada Kontan.co.id, Jumat (20/11).
Baca Juga: Indeks saham syariah mencetak rekor tertinggi sejak pandemi, simak rekomendasi ini Reza menuturkan, pada reksadana pasar uang yang dikelola HPAM saat ini menerapkan strategi dengan memberikan alokasi dana maksimal 40% untuk ditempatkan pada obligasi. HPAM pun minimal memilih obligasi dengan rating minimal single A. Ini guna meminimalisir risiko dan memastikan obligasi bisa memberi kinerja yang optimal. Walaupun imbal hasil reksadana pasar uang akan kembali menyusut seiring pemangkasan suku bunga, Reza menilai reksadana pasar uang tetap bisa menjadi pilihan investasi yang menarik untuk saat ini. Khususnya, bagi para investor yang memiliki jangka waktu investasi di bawah satu tahun. “Dengan tren suku bunga yang masih rendah ke depan, reksadana pasar uang tetap jadi pilihan yang paling menarik. Walau imbal hasil kemungkinan turun, besarnya masih tetap lebih tinggi dibanding deposito. Jadi ini cocok untuk investor jangka pendek dan investor pemula yang konservatif,” tambah Reza. Sementara Head of Fixed Income Trimegah Asset Management Darma Yudha merekomendasikan investor untuk mencari reksadana pasar uang yang lebih banyak menempatkan underlying-nya di obligasi korporasi. Menurut Yudha, imbal hasilnya setidaknya tidak akan turun sedrastis reksadana pasar uang yang lebih banyak portofolio depositonya.