BI pantau dampak krisis terhadap China dan India



JAKARTA. Bank Indonesia (BI) terus memantau dampak krisis Eropa terhadap China dan India. Jika pengaruhnya ke kedua di Asia tersebut cukup signifikan, Indonesia bisa terkena imbas.

Maklum, perlambatan pertumbuhan ekonomi di China dan India berkorelasi langsung dengan ekspor sumber daya alam Indonesia. Kedua negara merupakan eksportir utama ke benua biru.

"Pada kuartal pertama pertumbuhan ekspor kita melambat akibat penurunan permintaan dari China dan India. Kita akan evaluasi terus penurunannya," kata Hartadi A. Sarwono, Deputi Gubernur BI, Kamis (7/6).


Untuk mengatasinya, BI akan meningkatkan koordinasi dengan pemerintah. BI menilai kebijakan moneter harus dikombinasikan dengan kebijakan fiscal, agar strategi counter cyclical atau upaya melawan perlambatan, berjalan efektif.

Selain itu, kata Hartadi, pihaknya juga akan memantau pergerakan nilai tukar rupiah dan aliran keluar masuk modal akibat realokasi investasi yang terjadi selama krisis Eropa berlangsung. "Di situlah dampak krisis ekonomi Eropa yang sampai saat ini masih terlihat di pasar keuangan," katanya.

Hartadi optimstis ekonomi dan ekspor Indonesia dalam beberapa waktu ke depan akan semakin membaik. "Intinya kita terus melakukan penyesuaian, jangan sampai penyesuaian terlalu cepat dilakukan hanya karena kepanikan," kata Hartadi.

Gubernur BI Darmin Nasution sebelumnya mengatakan perlambatan ekonomi lebih cepat dari perkiraan awal. Ini merupakan efek krisis di Eropa yang menjalar lewat negara-negara eksportir kuat seperti China dan India.

Catatan saja, China dan India merupakan dua negara utama tujuan ekspor Indonesia. Berdasarkan data BPS, nilai ekspor untuk non migas sampai dengan April 2012 mencapai US$2,05 miliar. Sedangkan ekspor India sebesar US$1,21 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: