BI: Pelaku Pasar Jangan Berlebihan Merespons Krisis Yunani



JAKARTA. Bank Indonesia (BI) meminta para pelaku pasar keuangan berhati-hati dan tidak berlebihan merespons apa yang terjadi di belahan dunia lain. Ini adalah pelajaran penting dari kejadian anjloknya bursa saham dan nilai tukar rupiah beberapa hari terakhir.Deputi Gubernur Bank Indonesia Budi Mulya menuturkan, kejadian krisis tahun 2008 lalu sudah banyak memberikan pelajaran berharga bagi otoritas keuangan di seluruh dunia. Sehingga, ketika terjadi guncangan lagi terhadap stabilitas ekonomi, otoritas sudah lebih tahu apa yang harus dilakukan untuk meminimalkan dampak guncangan. Termasuk, imbas guncangan yang diakibatkan oleh krisis utang Yunani tempo hari."Jangan berlebihan dan khawatir dengan apa yang terjadi di Yunani. Pelajaran yang bisa diambil dari kejadian kemarin, sikap waspada (cautious) dan berhati-hati (prudent) harus selalu menyertai pikiran baik di pelaku pasar maupun kami, para regulator," ujarnya di Jakarta, Selasa (11/5).Kepanikan yang berepisentrum dari Eropa tempo hari terbukti sempat membikin pasar keuangan global terguncang. Indeks harga saham di Indonesia sempat anjlok hingga mendekati 4%. Nilai tukar rupiah juga merosot hingga sempat menyentuh kisaran Rp 9.300-an.Budi menceritakan, penanganan kasus Yunani membutuhkan koordinasi tingkat global. Pasalnya, saat ini sistem keuangan sudah sangat terintegrasi. "Otoritas sudah belajar betul. Untuk beberapa hal kemarin, The Fed sudah membuka swap line untuk mitigasi supaya tidak ada lagi reaksi yang berlebihan dari pasar," ujarnya.Mengenai rupiah, BI memastikan akan terus mengawal nilai tukar agar tetap sesuai dengan fundamental ekonomi. Saat ini, rupiah sudah membal kembali ke kisaran Rp 9.075-an. "Cadangan devisa kita US$ 78,5 miliar itu juga untuk menjaga volatilitas rupiah," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Test Test