JAKARTA. Posisi rupiah pada penutupan transaksi sore ini (3/12), kembali mengalami penguatan. Mengutip data kurs tengah Bank Indonesia, rupiah berada di posisi 11.830 per dollar Amerika Serikat. Posisi ini menguat jika dibandingkan dengan kurs tengah BI pada Senin (2/12) kemarin, yang berada pada posisi 11.946 per dollar AS. Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara bilang, pelemahan nilai tukar mata uang rupiah alias kurs dari posisi 9.600 per dollar AS pada akhir 2012 menjadi di kisaran 11.000-11.500 per dollar AS, merupakan bagian dari solusi permasalahan mengurangi defisit neraca transaksi berjalan atau current account deficit. Mirza mengungkapkan, melemahnya kurs memberikan hasil berupa surplusnya neraca perdagangan trade balance. Di mana, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan neraca dagang pada Oktober 2013 terjadi surplus sebesar US$ 42,4 juta. "Kurs melemah juga bagian dari solusi. Karena dengan kurs melemah, impor menjadi lebih mahal, terutama untuk impor-impor yang tidak produktif. Dengan melemahnya kurs menurut kami sudah menunjukkan hasil dalam bentuk surplusnya trade balance," ujar Mirza di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (3/12). Lebih lanjut Mirza mengungkapkan, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS selain dikarenakan permintaan akhir tahun, juga dikarenakan pelaku eksportir yang masih enggan menjual dollarnya di pasar uang domestik. Padahal, kata Mirza, level nilai tukar rupiah sebesar 11.000 per dollar AS-11.500 per dollar AS, merupakan posisi yang pas untuk menurunkan impor. "Karena terbukti dari neraca perdagangan yang kembali surplus. Posisi rupiah sudah pas untuk menahan impor dan menaikkan ekspor," jelas Mirza. Menurut Mirza, kurs rupiah di posisi 9.500 per dollar AS merupakan kurs yang sanggup membuat current account menjadi surplus. Sedangkan posisi kurs 11.000 per dollar AS-11.500 per dollar AS merupakan kurs yang pas untuk membatasi impor dan menaikkan ekspor. Mirza bilang, kurs rupiah di atas 11.500 per dollar AS, merupakan titik over shoot yang merupakan depresiasi atau penurunan nilai tukar rupiah yang terlalu cepat dan dalam. "Sebaiknya eksportir sudah mulai jual dollar. Karena kurs di posisi 11.000 per dollar AS-11.500 per dollar AS sudah pas untuk kondisi ekonomi Indonesia saat ini. Di atas itu menurut saya adalah over shoot," ucap Mirza.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
BI: Pelemahan rupiah bagian dari kurangi defisit
JAKARTA. Posisi rupiah pada penutupan transaksi sore ini (3/12), kembali mengalami penguatan. Mengutip data kurs tengah Bank Indonesia, rupiah berada di posisi 11.830 per dollar Amerika Serikat. Posisi ini menguat jika dibandingkan dengan kurs tengah BI pada Senin (2/12) kemarin, yang berada pada posisi 11.946 per dollar AS. Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara bilang, pelemahan nilai tukar mata uang rupiah alias kurs dari posisi 9.600 per dollar AS pada akhir 2012 menjadi di kisaran 11.000-11.500 per dollar AS, merupakan bagian dari solusi permasalahan mengurangi defisit neraca transaksi berjalan atau current account deficit. Mirza mengungkapkan, melemahnya kurs memberikan hasil berupa surplusnya neraca perdagangan trade balance. Di mana, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan neraca dagang pada Oktober 2013 terjadi surplus sebesar US$ 42,4 juta. "Kurs melemah juga bagian dari solusi. Karena dengan kurs melemah, impor menjadi lebih mahal, terutama untuk impor-impor yang tidak produktif. Dengan melemahnya kurs menurut kami sudah menunjukkan hasil dalam bentuk surplusnya trade balance," ujar Mirza di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (3/12). Lebih lanjut Mirza mengungkapkan, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS selain dikarenakan permintaan akhir tahun, juga dikarenakan pelaku eksportir yang masih enggan menjual dollarnya di pasar uang domestik. Padahal, kata Mirza, level nilai tukar rupiah sebesar 11.000 per dollar AS-11.500 per dollar AS, merupakan posisi yang pas untuk menurunkan impor. "Karena terbukti dari neraca perdagangan yang kembali surplus. Posisi rupiah sudah pas untuk menahan impor dan menaikkan ekspor," jelas Mirza. Menurut Mirza, kurs rupiah di posisi 9.500 per dollar AS merupakan kurs yang sanggup membuat current account menjadi surplus. Sedangkan posisi kurs 11.000 per dollar AS-11.500 per dollar AS merupakan kurs yang pas untuk membatasi impor dan menaikkan ekspor. Mirza bilang, kurs rupiah di atas 11.500 per dollar AS, merupakan titik over shoot yang merupakan depresiasi atau penurunan nilai tukar rupiah yang terlalu cepat dan dalam. "Sebaiknya eksportir sudah mulai jual dollar. Karena kurs di posisi 11.000 per dollar AS-11.500 per dollar AS sudah pas untuk kondisi ekonomi Indonesia saat ini. Di atas itu menurut saya adalah over shoot," ucap Mirza.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News