BI perhatikan faktor ini sebelum pangkas bunga



JAKARTA. Menukiknya harga minyak dunia yang menyentuh level terendah sejak satu dekade silam membuat Bank Indonesia (BI) lebih leluasa memangkas lebih lanjut suku bunga acuan.

Juda Agung, Direktur Eksekutif Bidang Moneter dan Ekonomi Bank Indonesia mengatakan, ruang penurunan BI rate masih terbuka. Terlebih harga minyak dunia yang kini di kisaran US$ 30 per barel akan berimbas pada laju inflasi yang kian melandai.

Ia mencatat, harga kontrak (future) minyak untuk setahun ini sempat ada di level US$ 32 per barel. Jika asumsi harga minyak dunia pemerintah diturunkan dari US$ 50 per barel menjadi US$ 40 per barel, maka kata Juda, dampak penurunan inflasi sangat besar.


Namun, kondisi tersebut juga harus diikuti penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) oleh pemerintah. "Ini akan jadi faktor besar (pendorong) penurunan BI rate lanjutan," ujarnya, Rabu (20/1).

Tidak hanya di Indonesia, inflasi negeri Paman Sam pun akan terkena imbasnya. The Fed berencana melanjutkan penaikkan suku bunga tahun ini. Namun, mengingat rendahnya harga minyak berpotensi membuat tingkat inflasi bergerak ke bawah.

Saat ini, inflasi AS tercatat sebesar 0,4%. Dengan demikian, ada keraguan The Fed akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat. Hal ini bisa menjadi faktor penguat bagi BI memotong suku bunga.

Kendati demikiam, BI tetap akan mencermati faktor global lainnya seperti kondisi terkini perekonomian China. Seperti diketahui, Tiongkok mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi.

Pada hasil rapat dewan gubernur (RDG) bulan ini, BI telah memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin (bp) ke level 7,25%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia