BI Perkirakan DPK Perbankan Naik di kisaran 7,9% hingga 8,1% pada Tahun 2023



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memproyeksikan himpunan dana pihak ketiga (DPK) akan kembali meningkat di tahun depan. Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo BI memproyeksikan DPK bisa naik 7,9% hingga 8,10% secara tahunan alias year on year (YoY) pada tahun 2023. 

“Kredit akan tumbuh dengan keyakinan ekses likuiditas masih longgar dan permintaan kredit terus membaik dari berbagai sektor ekonomi. Sehingga, 2023, untuk kredit akan tumbuh 10% hingga 12% dan akan terus berlangsung di 2024,” ujar Dody pada acara Bank BTPN Economic Outlook 2023, Senin (5/12). 

Memang, saat ini kondisi likuiditas di perbankan meningkat dan memadai dalam mendukung intermediasi. Pada Oktober 2022, rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) masih tinggi mencapai 29,46% dan meningkat dari bulan sebelumnya. 


Likuiditas perekonomian juga tetap longgar, tercermin pada uang beredar dalam arti sempit (M1) dan luas (M2) yang tumbuh masing-masing sebesar 14,9% dan 9,8% YoY. Sedangkan pertumbuhan kredit pada Oktober 2022 tercatat sebesar 11,95%, ditopang oleh peningkatan di seluruh jenis kredit dan hampir seluruh sektor ekonomi.

Baca Juga: Setelah Mencabut Izin Wanaartha Life, Ini Langkah yang akan Ditempuh OJK

Adapun DPK perbankan mengalami pertumbuhan 9,41% YoY sejalan dengan net ekspansi Pemerintah. Peningkatan DPK terjadi pada kelompok korporasi dan rumah tangga sejalan dengan berlanjutnya pemulihan ekonomi nasional.

Sebelumnya, Kepala Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa meyakini himpunan DPK tahun depan bisa tumbuh hingga 8% secara tahunan meskipun kredit naik 10% hingga 12%.  

Purbaya mengakui memang bakal ada tekanan pertumbuhan DPK saat ekonomi melanjutkan pertumbuhan. Sehingga, sebagian simpanan nasabah akan digunakan untuk melakukan ekspansi. 

PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk menargetkan pertumbuhan DPK mencapai 10% hingga 11% di 2023. Direktur Distribusi dan Pendanaan Ritel BTN Jasmin menyatakan akan fokus untuk meningkatkan dana murah atau current account and saving account (CASA) hingga menyumbang 50% dari total DPK perseroan.  

“Deposito dari lembaga (korporasi) dikurangi tapi DPK ritel kita tingkatkan. Karena ritel lebih sustain dan biayanya lebih murah dari deposito lembaga,” ujar Jasmin kepada Kontan.co.id.

BTN mencatatkan himpunan DPK  mencapai Rp 312,84 triliun per September 2022. Nilai itu naik 7,41% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 291,26 triliun.   Dari jumlah tersebut, rasio CASA mencapai Rp 143,59 triliun naik sebesar 18,7% dibandingkan akhir September 2021 sebesar Rp 120,96 triliun. Sehingga, rasio CASA BTN naik 45,9%.

Bank BJB masih menyusun rencana bisnis bank 2023 yang akan disampaikan ke OJK pada akhir bulan. Kendati demikian, Direktur Utama Bank BJB Yuddy Renaldi memproyeksikan pertumbuhan kredit bisa naik 9% hingga 11% di tahun mendatang.

“Lebih detailnya sedang kami hitung, termasuk untuk DPK dan pos pos lainnya, namun idealnya kami akan menjaga pertumbuhan yang sama dengan pertumbuhan kredit agar LDR terjaga ideal,” tutur Yuddy kepada Kontan.co.id. 

Baca Juga: BSI Gandeng BPD untuk Dukung Pembangunan Islamic Ecosystem

Lanjut ia, komposisi DPK ini akan  didorong agar komposisi dana murah lebih tinggi dari 2022. Terlebih,  tekanan suku bunga yang saat ini terjadi diprediksi akan masih terasa bagi perbankan di tahun depan.  

Guna menjaga DPK, Yuddy menyatakan meningkatkan kualitas layanan baik on counter maupun pada layanan digital. Termasuk pengembangan fiturnya harus terus dilakukan agar nasabah terus aktif bertransaksi dan meningkatkan dana simpanannya. 

CASA naik 15,31% YoY dari Rp 49,11 triliun menjadi Rp 56,63 triliun per September 2022. Sedangkan Deposito turun 12,7% dari Rp 68,31 triliun menjadi Rp 59,61 triliun.  Sehingga, Rasio CASA BJB berhasil nari 41,8% di September 2021 menjadi 48,7% per September 2022.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi