KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memperkirakan, pada Agustus 2018, Indeks Harga konsumen (IHK) akan mencatatkan minus 0,05% mom. Angka ini lebih rendah dibanding Juli yang mencatatkan inflasi sebesar 0,28%. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, hal ini berdasarkan Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan BI pada minggu keempat Agustus. Dengan demikian, inflasi secara tahunan diperkirakan sebesar 3,24% “SPH juga tunjukkan -0.02 untuk IHK sehingga yoy inflasi 3,24%, tetapi kita tunggu. Message-nya, inflasi rendah,” kata Perry di komplek BI, Jumat (31/8). Ia menyambung, pendorong terjadinya deflasi pada Agustus ini berasal dari penurunan harga makanan bergejolak (volatile food). “Karena sejumlah makanan deflasi,” ujarnya. Oleh karena itu, dengan inflasi yang relatif terjaga, Perry mengatakan stabilitas ekonomi Indonesia dalam kondisi yang cukup kuat dan tahan dalam menghadapi gejolak eksternal. “Sejauh ini, ekonomi kita cukup kuat. Sejumlah indikator menunjukkan ini. Pertumbuhan ekonomi cukup bagus. Inflasi agustus sangat rendah semoga di sekitar 0%. Stabilitas sistem keuangan kita juga terjaga, intermediasi juga kuat,” jelasnya. Kepala Ekonom Standard Chartered Indonesia Aldian Aldian Taloputra melihat, kemungkinan pada Agustus tidak mencatatkan deflasi, tetapi inflasi tipis. Ia memperkirakan, inflasi Agustus sebesar 0,09% secara bulanan dan 3,35% secara tahunan. "Kami lihat harga makanan turun tapi harga barang lain masih naik terutama harga makanan olahan dan biaya pendidikan," kata Aldian kepada KONTAN. Adapun, ekonom sekaligus Project Consultant Asian Development Bank Institute Eric Sugandi memproyeksi, bulan Agustus belum akan mencatatkan deflasi, melainkan inflasi sebesar 0,15% secara bulanan dan 3,4% secara tahunan. Meski demikian, ada potensi deflasi bahan pangan untuk beberapa komoditas seperti cabe dan bawang karena ada tambahan pasokan. "Sementara, tekanan inflasi datang dari permintaan berkait dengan tahun ajaran baru, dan ada tekanan imported inflation karena pelemahan rupiah," ucapnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
BI perkirakan IHK Agustus 2018 minus 0,05%
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memperkirakan, pada Agustus 2018, Indeks Harga konsumen (IHK) akan mencatatkan minus 0,05% mom. Angka ini lebih rendah dibanding Juli yang mencatatkan inflasi sebesar 0,28%. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, hal ini berdasarkan Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan BI pada minggu keempat Agustus. Dengan demikian, inflasi secara tahunan diperkirakan sebesar 3,24% “SPH juga tunjukkan -0.02 untuk IHK sehingga yoy inflasi 3,24%, tetapi kita tunggu. Message-nya, inflasi rendah,” kata Perry di komplek BI, Jumat (31/8). Ia menyambung, pendorong terjadinya deflasi pada Agustus ini berasal dari penurunan harga makanan bergejolak (volatile food). “Karena sejumlah makanan deflasi,” ujarnya. Oleh karena itu, dengan inflasi yang relatif terjaga, Perry mengatakan stabilitas ekonomi Indonesia dalam kondisi yang cukup kuat dan tahan dalam menghadapi gejolak eksternal. “Sejauh ini, ekonomi kita cukup kuat. Sejumlah indikator menunjukkan ini. Pertumbuhan ekonomi cukup bagus. Inflasi agustus sangat rendah semoga di sekitar 0%. Stabilitas sistem keuangan kita juga terjaga, intermediasi juga kuat,” jelasnya. Kepala Ekonom Standard Chartered Indonesia Aldian Aldian Taloputra melihat, kemungkinan pada Agustus tidak mencatatkan deflasi, tetapi inflasi tipis. Ia memperkirakan, inflasi Agustus sebesar 0,09% secara bulanan dan 3,35% secara tahunan. "Kami lihat harga makanan turun tapi harga barang lain masih naik terutama harga makanan olahan dan biaya pendidikan," kata Aldian kepada KONTAN. Adapun, ekonom sekaligus Project Consultant Asian Development Bank Institute Eric Sugandi memproyeksi, bulan Agustus belum akan mencatatkan deflasi, melainkan inflasi sebesar 0,15% secara bulanan dan 3,4% secara tahunan. Meski demikian, ada potensi deflasi bahan pangan untuk beberapa komoditas seperti cabe dan bawang karena ada tambahan pasokan. "Sementara, tekanan inflasi datang dari permintaan berkait dengan tahun ajaran baru, dan ada tekanan imported inflation karena pelemahan rupiah," ucapnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News