JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memperkirakan inflasi pada Desember 2011 akan mencapai 0,5%-0,6%. Angka tersebut lebih besar dibandingkan inflasi bulan November 2011 yang hanya 0,34%. Kendati demikian, BI optimistis inflasi tahun ini tetap berada di bawah 4%. "Awalnya kami memperkirakan inflasi 3,9% full year. Tapi kalau inflasi Desember saja 0,6% maka inflasi tahunan bisa bergerak di kisaran 3,8%," kata Gubernur BI, Darmin Nasution, Kamis (29/12). Deputi Gubernur BI, Hartadi A Sarwono menuturkan, inflasi akhir tahun ini tidak terlalu tinggi karena penawaran dan permintaan barang di pasar cukup terjaga. Harga barang pun cenderung stabil. "Diskon-diskon di mal menunjukkan suplai barang cukup, sehingga masyarakat tak perlu berebut dan harga barang dinaikkan. Mudah-mudahan bisa berlanjut tahun depan karena bagus untuk pengendalian inflasi," tutur Hartadi. Menyangkut kondisi rupiah, Hartadi menilai, gejolak mata uang garuda dalam beberapa hari terakhir mulai mereda. Hal ini dikarenankan permintaan terhadap valas sudah tidak ada lantaran perusahaan tutup buku dan mengambil profit. "Minggu-minggu terakhir ada tambahan tekanan karena masalah global. Investor ingin mengambil profit. Itu membuat tekanan ke Rp 9.100 per dollar AS kemarin. Tutup tahun agak lega. Kisarannya akhir tahun ini sekitar Rp 9.000," papar Hartadi.
BI perkirakan inflasi Desember capai 0,6%
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memperkirakan inflasi pada Desember 2011 akan mencapai 0,5%-0,6%. Angka tersebut lebih besar dibandingkan inflasi bulan November 2011 yang hanya 0,34%. Kendati demikian, BI optimistis inflasi tahun ini tetap berada di bawah 4%. "Awalnya kami memperkirakan inflasi 3,9% full year. Tapi kalau inflasi Desember saja 0,6% maka inflasi tahunan bisa bergerak di kisaran 3,8%," kata Gubernur BI, Darmin Nasution, Kamis (29/12). Deputi Gubernur BI, Hartadi A Sarwono menuturkan, inflasi akhir tahun ini tidak terlalu tinggi karena penawaran dan permintaan barang di pasar cukup terjaga. Harga barang pun cenderung stabil. "Diskon-diskon di mal menunjukkan suplai barang cukup, sehingga masyarakat tak perlu berebut dan harga barang dinaikkan. Mudah-mudahan bisa berlanjut tahun depan karena bagus untuk pengendalian inflasi," tutur Hartadi. Menyangkut kondisi rupiah, Hartadi menilai, gejolak mata uang garuda dalam beberapa hari terakhir mulai mereda. Hal ini dikarenankan permintaan terhadap valas sudah tidak ada lantaran perusahaan tutup buku dan mengambil profit. "Minggu-minggu terakhir ada tambahan tekanan karena masalah global. Investor ingin mengambil profit. Itu membuat tekanan ke Rp 9.100 per dollar AS kemarin. Tutup tahun agak lega. Kisarannya akhir tahun ini sekitar Rp 9.000," papar Hartadi.