BI Perkirakan Rupiah akan Menguat di 2024, Begini Kata Ekonom



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) yakin nilai tukar rupiah akan menguat pada tahun 2024, bila dibandingkan dengan level tahun 2023. 

Berdasarkan perhitungan otoritas moneter, rata-rata nilai tukar rupiah pada tahun 2024 berkisar antara Rp 14.600 hingga Rp 15.100 per dolar AS. 

Ini menguat dibandingkan perkiraan level rata-rata nilai tukar rupiah tahun 2023 yang berkisar Rp 14.800 hingga Rp 15.200 per dolar AS. 


Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai, proyeksi BI mengenai pergerakan nilai tukar rupiah tahun depan cukup realistis. 

Baca Juga: Rupiah Lanjut Menguat pada Selasa (6/6), Simak Sentimen Pendukungnya

"Ini seiring dengan berlanjutnya potensi dana asing masuk di tahun 2024," terang Josua kepada Kontan.co.id, Senin (5/6). 

Masuknya investasi asing berasal dari kemungkinan penurunan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) di tahun 2024 yang memicu aliran modal asing ke negara berkembang, termasuk Indonesia. 

Hanya saja, Josua mengingatkan ada tantangan yang membayangi prospek pergerakan nilai tukar rupiah di tahun depan. 

Tantangan berasal dari kondisi eksternal, yaitu neraca transaksi berjalan yang mungkin berbalik defisit setelah beberapa tahun terakhir surplus. 

Defisit neraca transaksi berjalan didorong oleh penurunan harga komoditas ekspor Indonesia yang akan berlanjut di tahun 2024. 

Selain itu, rupiah berpotensi melemah secara terbatas menjelang Pemilu 2024. Ini juga menilik pola sejarah, di mana rupiah melemah jelang pesta rakyat dan kembali menguat setelah hasil pemilu diumumkan.

Baca Juga: Pergerakan Rupiah Terimbas Arah Bunga

Dengan demikian, tentu otoritas perlu untuk menegakkan kuda-kuda kuat. BI perlu untuk menjaga tingkat suku bunga dengan bank sentral AS. 

"Meskipun suku bunga riil Indonesia masih relatif lebih besar dibandingkan AS, tetapi BI perlu mencermati waktu dari kebijakan untuk menjaga momentum di pasar keuangan global," terangnya. 

BI juga perlu mempertahankan instrumen term deposit valas untuk menjaga devisa hasil ekspor (DHE) parkir lebih lama di Indonesia sehingga DHE tidak menyusut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi