BI perlu ajak Singapura stabilkan rupiah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Upaya mengendalikan permintaan dollar Amerika Serikat (AS) dari dalam negeri dinilai menjadi kunci untuk menjaga stabilitas rupiah. Sebab, pengendalian permintaan domestik lebih mudah diawasi otoritas moneter Indonesia ketimbang faktor lain yang sangat tergantung kondisi global.

Faktor lain tersebut adalah besarnya arus modal asing yang masuk (capital inflow) dan kinerja ekspor dan impor yang banyak dipengaruhi faktor eksternal.

Untuk mengendalikan permintaan dollar AS itulah, Bank Indonesia (BI) meluncurkan fasilitasĀ Local Currency SettlementĀ (LCS) melalui kerja sama dengan Bank Negara Malaysia (BMN) dan Bank of Thailand. LCS memfasilitasi eksportir dan importir ketiga negara menggunakan mata uang lokal dalam setiap transaksi perdagangannya. BI juga menjajaki agar kebijakan ini bisa diperluas ke 10 negara lain dan bisa diterapkan secara regional.


Atas kebijakan ini, ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, penghematan penggunaan dollar AS dari kegiatan ekspor dan impor antara Indonesia dengan Malaysia dan Thailand menjadi hal yang baik.

Namun menurutnya, Indonesia seharusnya juga bekerja sama dengan Singapura karena perdagangan Indonesia dengan Singapura merupakan perdagangan terbesar dengan negara-negara ASEAN lainnya.

Apalagi jika kerja sama ini bisa dilakukan dengan semua negara ASEAN, maka penghematan dollar AS bisa mencapai 20%. "ASEAN itu menyumbang 20% terhadap total ekspor Indonesia. Mudah-mudahan ke depan BI bisa memperluas kerja sama dengan negara lima besar ASEAN," kata Lana kepada KONTAN, Senin (18/12).

Menurut Lana, pengusaha selama ini lebih senang menggunakan dollar AS, karena likuiditas mata uang lokal dalam perdagangan internasional juga terbatas. Makanya, Lana menilai selama ketersediaan mata uang lokal mencukupi, hal itu akan mendukung penggunaan mata uang lokal ini.

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengatakan, fasilitas LCS belum bisa berpengaruh cepat dan memerlukan proses yang cukup lama dalam menjaga kurs rupiah. Pasalnya, pengusaha tetap butuh dollar AS karena likuiditasnya yang relatif terjaga.

Dia menilai upaya menjaga rupiah dalam jangka pendek dan menengah adalah BI meningkatkan efektivitas operasi moneter menggunakan cadangan devisa. Di saat yang bersamaan, ekspor nonmigas juga harus didorong lagi untuk memperkuat cadangan devisa. Cara ini lebih realistis ketimbang berharap pada efek LCS.

Sementara pihak-pihak lain, termasuk pemerintah perlu memperkuat fundamental ekonomi khususnya pemulihan daya beli dan menjaga iklim investasi jelang tahun politik. Dengan hal itu, diharapkan kepercayaan investor asing membaik.

Ekonom Standard Chartered Bank Aldian Taloputra bilang, selama BI bisa menjaga inflasi, likuiditas mata uang asing, dan menjaga nilai tukar rupiah sesuai fundamental sejalan dengan mata uang mitra dagang, maka stabilitas rupiah bisa dijaga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini