JAKARTA. Bank Indonesia tengah menaruh perhatian serius terhadap defisit transaksi berjalan Indonesia. Sebab, tekanan impor semakin tinggi dipicu ekspor yang makin melemah. Defisit neraca transaksi berjalan telah terjadi selama tujuh triwulan sejak akhir 2011 lalu. Bahkan, defisit tersebut semakin melebar pada akhir triwulan II-2013 yang mencapai 4,4% dari produk domestik bruto. Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengungkapkan, impor bahan bakar minyak (BBM) masih tinggi, karena konsumsi bahan bakar fosil itu besar. Padahal, pemerintah telah melakukan penyesuaian harga BBM menjadi Rp 6.500 per liter pada Juni 2013 lalu.
BI: Perlu evaluasi impor minyak dan gas
JAKARTA. Bank Indonesia tengah menaruh perhatian serius terhadap defisit transaksi berjalan Indonesia. Sebab, tekanan impor semakin tinggi dipicu ekspor yang makin melemah. Defisit neraca transaksi berjalan telah terjadi selama tujuh triwulan sejak akhir 2011 lalu. Bahkan, defisit tersebut semakin melebar pada akhir triwulan II-2013 yang mencapai 4,4% dari produk domestik bruto. Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengungkapkan, impor bahan bakar minyak (BBM) masih tinggi, karena konsumsi bahan bakar fosil itu besar. Padahal, pemerintah telah melakukan penyesuaian harga BBM menjadi Rp 6.500 per liter pada Juni 2013 lalu.