JAKARTA. BI perlu lebih fokus mengatasi masalah inflasi dan stabilitas harga, apalagi ini menjadi tugas BI yang diatur oleh undang-undang. Urusan pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan kredit sebaiknya menjadi prioritas ke sekian. Hal ini dinyatakan ekonom Raden Pardede ketika ditemui usai Seminar Indikator Bisnis 2011 "Ancaman Inflasi dan Derasnya Arus Modal Masuk" di Jakarta. Raden menyatakan agar pertumbuhan kredit cukup dipertahankan di level 20%. "Kalau pertumbuhan kredit 20% kan kita masih oke. Kalau lebih dari situ, ya mulai bisa terjadi overheating," kata Raden kepada wartawan, Rabu(1/3). Meskipun di satu sisi pertumbuhan kredit dapat menggerakkan sektor riil, tetapi pengereman kredit ke sektor tertentu perlu dilakukan. BI perlu mengawasi secara ketat sektor-sektor yang sudah mulai terlihat jenuh atau berpotensi bubble. Dengan kondisi harga komoditi yang tak terkendali di pasar global, target pertumbuhan kredit 24% terasa terlalu tinggi. Apalagi hambatan infrastruktur yang masih kurang memadai menyebabkan kemampuan sektor riil menyerap dana masih rendah. "Kreditnya itu ke mana, karena salah satu yang menjadi hambatan terbesar di kita adalah infrastruktur," kata Raden. Ia mengingatkan agar BI lebih fokus kepada satu tujuan dulu yaitu memperkuat fundamental ekonomi. Jangan sampai seperti membidik dua burung dengan satu peluru yang malah jadi sia-sia.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
BI perlu fokus kendalikan inflasi
JAKARTA. BI perlu lebih fokus mengatasi masalah inflasi dan stabilitas harga, apalagi ini menjadi tugas BI yang diatur oleh undang-undang. Urusan pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan kredit sebaiknya menjadi prioritas ke sekian. Hal ini dinyatakan ekonom Raden Pardede ketika ditemui usai Seminar Indikator Bisnis 2011 "Ancaman Inflasi dan Derasnya Arus Modal Masuk" di Jakarta. Raden menyatakan agar pertumbuhan kredit cukup dipertahankan di level 20%. "Kalau pertumbuhan kredit 20% kan kita masih oke. Kalau lebih dari situ, ya mulai bisa terjadi overheating," kata Raden kepada wartawan, Rabu(1/3). Meskipun di satu sisi pertumbuhan kredit dapat menggerakkan sektor riil, tetapi pengereman kredit ke sektor tertentu perlu dilakukan. BI perlu mengawasi secara ketat sektor-sektor yang sudah mulai terlihat jenuh atau berpotensi bubble. Dengan kondisi harga komoditi yang tak terkendali di pasar global, target pertumbuhan kredit 24% terasa terlalu tinggi. Apalagi hambatan infrastruktur yang masih kurang memadai menyebabkan kemampuan sektor riil menyerap dana masih rendah. "Kreditnya itu ke mana, karena salah satu yang menjadi hambatan terbesar di kita adalah infrastruktur," kata Raden. Ia mengingatkan agar BI lebih fokus kepada satu tujuan dulu yaitu memperkuat fundamental ekonomi. Jangan sampai seperti membidik dua burung dengan satu peluru yang malah jadi sia-sia.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News