JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat, pertumbuhanpenyaluran kredit perbankan hanya 17,4% pada akhir tahun 2013. Agus Martowardojo, Gubernur BI, menyampaikan, angka pertumbuhan kredit itu tanpa perhitungan depresiasi nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dollar. Sedangkan, jika perhitungan dengan mengikutkan faktor kurs, angka pertumbuhannya menjadi 21,4% pada akhir tahun 2013 atau turun dari posisi 21,9% per November 2013. "BI akan berkoordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk mengarahkan pertumbuhan kredit ke depan sejalan dengan pertumbuhan permintaan domestik," kata Agus, kemarin.Kondisi serupa juga tercermin pada angka kredit pertumbuhan sejumlah perbankan tanah air. Budi G. Sadikin, Direktur Utama Bank Mandiri, mengatakan, kredit perseroan tumbuh lebih tinggi dari perkiraan yakni sebesar 21% karena dibantu oleh pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Sehingga, kredit-kredit yang disalurkan dengan menggunakan valutas asing (valas) nilainya bertambah. "Kalau dihilangkan keuntungan dari kurs, kredit kami tumbuh 17,8%," ujarnya.Parwati Surjaudaja, Presiden Direktur Bank OCBC NISP, mengatakan, pihaknya menyalurkan kredit sebesar naik 21% menjadi Rp 64 triliun per Desember 2013 dari Rp 53 triliun pada Desember 2012. Adapun, dari keseluruhan kredit yang disalurkan, 41% untuk kredit modal kerja, 39% untuk kredit investasi dan 20% untuk kredit konsumer. Sektor industri, perdangan dan jasa masih tinggi untuk dibiayai.Ke depan, Agus menambahkan, pihaknya menilai perbankan harus melihat kondisi ekonomi dalam menyalurkan kredit. Misalnya, ketika permintaan rendah dan bunga tinggi maka bank harus menyesuaikan itu untuk kesehatan bank. Asal tahu saja, BI menargetkan kredit bank tumbuh 15%-17%, sedangkan OJK memator pertumbuhan kredit 17%-18%. Meskpun, regulator mematok kredit rendah, namun rencana bisnis bank (RBB) menargetkan kredit 15%-18%.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
BI: Pertumbuhan kredit perbankan hanya 17% di 2013
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat, pertumbuhanpenyaluran kredit perbankan hanya 17,4% pada akhir tahun 2013. Agus Martowardojo, Gubernur BI, menyampaikan, angka pertumbuhan kredit itu tanpa perhitungan depresiasi nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dollar. Sedangkan, jika perhitungan dengan mengikutkan faktor kurs, angka pertumbuhannya menjadi 21,4% pada akhir tahun 2013 atau turun dari posisi 21,9% per November 2013. "BI akan berkoordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk mengarahkan pertumbuhan kredit ke depan sejalan dengan pertumbuhan permintaan domestik," kata Agus, kemarin.Kondisi serupa juga tercermin pada angka kredit pertumbuhan sejumlah perbankan tanah air. Budi G. Sadikin, Direktur Utama Bank Mandiri, mengatakan, kredit perseroan tumbuh lebih tinggi dari perkiraan yakni sebesar 21% karena dibantu oleh pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Sehingga, kredit-kredit yang disalurkan dengan menggunakan valutas asing (valas) nilainya bertambah. "Kalau dihilangkan keuntungan dari kurs, kredit kami tumbuh 17,8%," ujarnya.Parwati Surjaudaja, Presiden Direktur Bank OCBC NISP, mengatakan, pihaknya menyalurkan kredit sebesar naik 21% menjadi Rp 64 triliun per Desember 2013 dari Rp 53 triliun pada Desember 2012. Adapun, dari keseluruhan kredit yang disalurkan, 41% untuk kredit modal kerja, 39% untuk kredit investasi dan 20% untuk kredit konsumer. Sektor industri, perdangan dan jasa masih tinggi untuk dibiayai.Ke depan, Agus menambahkan, pihaknya menilai perbankan harus melihat kondisi ekonomi dalam menyalurkan kredit. Misalnya, ketika permintaan rendah dan bunga tinggi maka bank harus menyesuaikan itu untuk kesehatan bank. Asal tahu saja, BI menargetkan kredit bank tumbuh 15%-17%, sedangkan OJK memator pertumbuhan kredit 17%-18%. Meskpun, regulator mematok kredit rendah, namun rencana bisnis bank (RBB) menargetkan kredit 15%-18%.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News