JAKARTA. Rencana pemerintah Indonesia memberi pinjaman kepada Dana Moneter Internasional (IMF) sebesar US$ 1 miliar ditanggapi positif oleh Bank Indonesia (BI). Direktur Eksekutif Departemen Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia Perry Warjiyo menyebutkan, pemberian pinjaman ini wajar karena merupakan bagian kerja sama internasional. "Indonesia merupakan anggota IMF dan saat ini kebutuhan dana lembaga tersebut sangat besar untuk menjaga kestabilan ekonomi global," paparnya, Jumat (6/7). Menurutnya, saat ini adalah waktu yang tepat bagi negara berkembang memberikan dukungan pada IMF sesuai dengan yang disampaikan dalam G-20. Pemberian pinjaman ini pun sedang dibahas antara Kementerian Keuangan dengan bank sentral. "Karena ini merupakan pinjaman, jadi tidak memberatkan negara," ungkap Perry. Perlu diketahui, posisi cadangan devisa negara per akhir Juni adalah US$106,5 miliar. Menurut Perry, jika US$ 1 miliar dipinjamkan ke IMF, cadangan devisa yang dimiliki masih aman bagi Indonesia. Ia menjelaskan, sebagai anggota IMF, memang ada beberapa kontribusi yang wajar diberikan. Salah satunya kontribusi wajib, di mana memang harus diberikan para anggota. Kedua adalah kontribusi pinjaman seperti yang tengah dibahas saat ini. Apalagi, pinjaman yang diberikan kali ini akan disalurkan ke negara berkembang lainnya yang juga membutuhkan dan juga negara Eropa yang saat ini masih dilanda krisis ekonomi. Sebagai catatan saja, sebelumnya pada pertemuan negara G-20 di Meksiko bulan lalu, para anggota G-20 berkomitmen mendukung ketersediaan sumber keuangan yang cukup bagi IMF dalam menjalankan fungsi surveillance global. Tak heran jika opsi yang keluar adalah penambahan sumber dana bagi operasional IMF yang salah satunya adalah pemberian pinjaman.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
BI: Pinjaman US$ 1 miliar ke IMF masih wajar
JAKARTA. Rencana pemerintah Indonesia memberi pinjaman kepada Dana Moneter Internasional (IMF) sebesar US$ 1 miliar ditanggapi positif oleh Bank Indonesia (BI). Direktur Eksekutif Departemen Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia Perry Warjiyo menyebutkan, pemberian pinjaman ini wajar karena merupakan bagian kerja sama internasional. "Indonesia merupakan anggota IMF dan saat ini kebutuhan dana lembaga tersebut sangat besar untuk menjaga kestabilan ekonomi global," paparnya, Jumat (6/7). Menurutnya, saat ini adalah waktu yang tepat bagi negara berkembang memberikan dukungan pada IMF sesuai dengan yang disampaikan dalam G-20. Pemberian pinjaman ini pun sedang dibahas antara Kementerian Keuangan dengan bank sentral. "Karena ini merupakan pinjaman, jadi tidak memberatkan negara," ungkap Perry. Perlu diketahui, posisi cadangan devisa negara per akhir Juni adalah US$106,5 miliar. Menurut Perry, jika US$ 1 miliar dipinjamkan ke IMF, cadangan devisa yang dimiliki masih aman bagi Indonesia. Ia menjelaskan, sebagai anggota IMF, memang ada beberapa kontribusi yang wajar diberikan. Salah satunya kontribusi wajib, di mana memang harus diberikan para anggota. Kedua adalah kontribusi pinjaman seperti yang tengah dibahas saat ini. Apalagi, pinjaman yang diberikan kali ini akan disalurkan ke negara berkembang lainnya yang juga membutuhkan dan juga negara Eropa yang saat ini masih dilanda krisis ekonomi. Sebagai catatan saja, sebelumnya pada pertemuan negara G-20 di Meksiko bulan lalu, para anggota G-20 berkomitmen mendukung ketersediaan sumber keuangan yang cukup bagi IMF dalam menjalankan fungsi surveillance global. Tak heran jika opsi yang keluar adalah penambahan sumber dana bagi operasional IMF yang salah satunya adalah pemberian pinjaman.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News