KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memprediksi defisit neraca transaksi berjalan (current account deficit/CAD) akan melebar di atas 3% dari produk domestik bruto (PDB) pada triwulan IV-2018. "Jangan terlalu kaget kalau (CAD) di triwulan IV-2018 bisa dia atas 3% dari PDB," ungkap Perry Warjiyo, Gubernur BI usai melakukan konferensi pers mengenai suku bunga BI, Kamis (20/12). Prediksi ini sejalan dengan defisit neraca dagang pada November 2018 sebesar US$ 2,05 miliar, melebar dari defisit di bulan Oktober 2018 yang sebesar US$ 1,82 miliar. Hingga November 2018 tercatat neraca dagang mengalami defisit US$ 7,52 miliar.
Kondisi ini didorong dengan laju impor yang kian tinggi, sedangkan ekspor tetap meningkat meskipun melemah karena kondisi global yang melandai dan harga komoditas yang turun. Namun Perry menambahkan bahwa kondisi impor yang tinggi ini masih dalam kondisi yang baik. Apalagi didominasi impor bahan baku dan barang modal. Masing-masing nilai impornya adalah US$ 12,86 miliar atau setara 76,16% dari total impor dan US$ 2,59 miliar atau setara 15,35% dari keseluruhan impor. "Sebetulnya CAD dalam kondisi normal untuk Indonesia karena komposisi impor produktif sebagian besar impor untuk barang modal dan bahan baku," jelasnya. Meskipun proyeksi CAD triwulan IV-2018 melebar, Perry tetap optimistis CAD keseluruhan tahun 2018 masih di sekitar 3% dari PDB. Dalam konteks ini dia juga menjelaskan perlu melihat neraca pembayaran Indonesia (NPI) secara menyeluruh. Dia menyebut arus modal masuk pada November ini sebesar US$ 7,9 miliar. Masuk melalui surat berharga negara (SBN), saham maupun penerbitan obligasi korporasi. Angka tersebut, menurut Perry, akan membuat neraca modal surplus lebih tinggi ketimbang neraca transaksi berjalan. "Secara keseluruhan di 2018 ini khususnya triwulan IV-2018 surplus neraca modal akan lebih tinggi dr CAD," jelasnya.