BI Prediksi Peserta BI Fast Bakal Terus Bertambah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penggunaan transaksi transfer melalui BI-Fast semakin tinggi. Bank Indonesia (BI) mencatat frekuensi transaksi BI Fast mencapai 85,3 juta dengan nilai mencapai Rp 320,6 triliun. Hingga akhir tahun, transaksinya diperkirakan bakal mencapai Rp 811 triliun.

Namun, jumlah peserta BI-Fast hingga Juni 2020 baru mencapai 52 dimana 51 merupakan bank umum dan unit usaha syariah (UUS). Satu lagi adalah Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). Ada lima bank yang sudah jadi peserta sekaligus dengan UUS-nya. Artinya, baru ada total 46 bank yang masuk jadi peserta BI Fast ini. 

Sementara berdasarkan Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), total jumlah bank umum per Maret 2022 mencapai 107 bank. Sehingga masih ada 61 bank lagi yang belum bisa menyediakan layanan transfer BI Fast kepada nasabahnya. 


Untuk bisa jadi peserta BI-Fast, bank memang perlu menyiapkan infrastruktur connector BI Fast yang butuh investasi besar. Andi Nirwoto Direktur Operasi dan IT BTN menyebutkan total capex untuk investasi perangkat lunak dan perangkat keras yang menghubungkan sistem bank ke BI-Fast sekitar Rp 25 miliar - Rp 30 miliar. 

Baca Juga: Bank Mandiri Catat 51.000 Nasabah Wholesale Gunakan Layanan Platform Kopra

"Sementara untuk biaya maintenance ke depannya akan beragam tergantung jenis sistem hardware dan software yang digunakan, HW atau SW. Namun, itu tetap dalam batas yang wajar," jelasnya pada KONTAN, Senin (11/7). 

Adapun volume transaksi BI-Fast di BTN pada Juni meningkat 130% dari bulan sebelumnya. Adapun rata-rata pertumbuhan volume transaksi setiap bulannya sejak awal diimplementasikan mencapai 65%. 

Namun, biaya investasi itu bukan halangan bagi bank untuk bisa terhubung ke infrastruktur BI-Fast. Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran (DKSP) Filianingsih Hendarta menjelaskan, implementasi kepesertaan BI-Fast memang pada dasarnya dilakukan secara bertahap. 

"Saat ini sudah ada 3 batch dengan total 52 peserta yang mewakili 82% dari pangsa sistem pembayaran ritel nasional," jelasnya, Senin (11/7). 

Ia menambahkan, BI telah memberikan berbagai alternatif peserta untuk terhubung ke BI-Fast sesuai dengan potensi transaksi yang akan dilayani. Pertama, melakukan investasi independen.

Baca Juga: KPR Syariah Dinilai Lebih Menarik di Tengah Proyeksi Kenaikan Suku Bunga

Kedua, sharing infrastruktur fisik. Ketiga, sharing multitenancy dengan pihak ketiga. Keempat, lewat koneksi API gateway. Adapun yang terakhir ini baru tahap perencanaan. 

BI merencanakan peserta batch IV akan mulai live di akhir Agustus 2022 dengan potensi sekitar 28 calon peserta.  Fili bilang, sebanyak 10 bank diantaranya menggunakan alternatif infrastruktur multitenancy yang relatif lebih murah untuk terhubung ke BI-Fast.

Editor: Tendi Mahadi