KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) melihat, tren pengetatan kebijakan moneter bank sentral di dunia akan berlangsung lebih lama. Gubernur BI Dody Budi Waluyo memperkirakan, pengetatan kebijakan moneter akan bertahan sekitar satu hingga dua tahun ke depan. Kenaikan inflasi akibat ketidakpastian global memang membuat para bank sentral mengambil langkah untuk mengerek suku bunga acuan untuk menekan inflasi.
Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, tren pengetatan kebijakan moneter ketat memang akan berlangsung lebih lama dari perkiraan. Namun, akan kurang dari kurun dua tahun. “Mungkin lebih dari satu tahun, tetapi kurang dari dua tahun. Karena kalau sampai dua tahun, perekonomian negara-negara menjadi lebih berat. Jadi, mungkin lebih cepat dari dua tahun,” tutur David kepada Kontan.co.id, Selasa (13/12).
Baca Juga: Bank Berebut Likuiditas, Ekonom Indef Prediksi Perang Suku Bunga di Depan Mata Berapa lama pun nantinya ini berjalan, David melihat tren suku bunga tinggi akan membawa dampak pada Indonesia. Ia menyoroti beban utang yang akan ditanggung Indonesia. Biaya pembiayaan akan lebih mahal, terutama pembiayaan dalam dolar Amerika Serikat (AS). Sehingga, Indonesia harus putar otak untuk menekan biaya pembiayaan ini. Untuk menekan potensi ini, David mengimbau pemerintah untuk bisa memanfaatkan sumber pembiayaan dalam negeri. Ini agar anggaran tetap sehat, dan progres pemulihan ekonomi tetap terjaga. Meski begitu, secara keseluruhan David percaya, Indonesia masih tetap memiliki kekuatan dalam menjaga pertumbuhan di tengah ketidakpastian global dan tren suku bunga yang tinggi. Dengan melihat pemulihan ekonomi hingga saat ini yang masih sesuai jalur, David berharap, tak ada peristiwa besar lagi yang menggoyang perekonomian Indonesia.
“Di tengah ketidakpastian, pertumbuhan masih on track. Namun, jangan sampai ada force majeure lagi, seperti pandemi itu. Sejauh ini, ekonomi masih aman,” tuturnya. Hanya, David tak seoptimistis pemerintah. David memperkirakan, pertumbuhan ekonomi di tahun 2023 akan sedikit di bawah 5% yoy.
Baca Juga: BI Prediksi Pengetatan Moneter Bank Sentral Dunia Berpotensi Berlangsung Lebih Lama Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat