KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Tren pelonggaran suku bunga acuan dinilai bisa memberikan sentimen positif bagi pergerakan rupiah. Bahkan, mata uang garuda tersebut masih berpeluang untuk menyentuh level di bawah Rp 14.000 per dollar AS. Keputusan Bank Indonesia (BI) yang kembali memangkas suku bunga acuannya sebanyak 25 bps menjadi 5,5% membuat dinilai cukup positif. Sementara itu, pelaku pasar juga masih menanti kepastian sinyal Bank Sentral Amerika Serikat (AS/The Fed) terkait rencana pelonggaran moneternya bulan depan.
Baca Juga: Menanti sinyal The Fed, rupiah masih stabil Mengutip
Bloomberg, pada perdagangan Kamis (22/8) nilai tukar rupiah sukses ditutup menguat tipis 0,03% ke level Rp 14.239 per dollar AS dari penutupan perdagangan sebelumnya Rp 14.243 per dollar AS. Sedangkan menurut data kurs tengah Bank Indonesia (BI) atau dikenal JISDOR, rupiah tercatat menguat sebanyak 25 poin di level Rp 14.234 per dollar AS. Direktur Strategi Investasi dan Kepala Makroekonomi Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat menilai, langkah BI untuk memangkas suku bunga acuan sekaligus menunjukkan bahwa regulator moneter tersebut tengah fokus mendorong pertumbuhan ekonomi Tanah Air. Apalagi, Budi menilai pergerakan rupiah akan semakin tertopang oleh produktivitas kinerja sektor riil. Di sisi lain, probability The Fed untuk memangkas suku bunga acuannya di bulan depan hampir mendekati 100%. Apalagi, dalam minutes meeting The Fed, sinyal pemangkasan di September sudah cukup jelas, sehingga kemungkinan untuk netral cukup kecil.
Baca Juga: Wall Street dibuka menguat terdorong penguatan permintaan ritel Budi mengatakan bond yield US Treasury untuk tenor 10 tahun saat ini sudah di bawah 1,6%. Hal ini sekaligus mencerminkan bahwa adanya pelambatan ekonomi, dan potensi pemangkasan The Fed semakin kuat atau agresif. Sinyal tersebut, sejalan dengan tren pelonggaran moneter yang dilakukan beberapa bank sentral di dunia. Sehingga, BI sendiri saat ini dinilai memiliki ruang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi tanpa harus mengorbankan nilai tukar rupiah. "Untuk itu, pasar yakin BI akan mengikuti tren tersebut (pelonggaran moneter). Hanya saja, masih ada volatility dari trade war dan di Agustus biasanya ada risiko pelemahan rupiah, sehingga konsensus cenderung menahan diri," jelas Budi kepada Kontan, Kamis (22/8).
Baca Juga: Penurunan suku bunga BI belum mampu mendorong IHSG bergerak di zona hijau Untuk jangka pendek, Budi memperkirakan rupiah bakal bergerak pada kisaran Rp 14.000 per dollar AS hingga Rp 14.300 per dollar AS. Sedangkan untuk jangka panjang, pasar masih menunggu perkembangan
foreign direct investment (FDI) dan susunan kabinet baru. Apakah nama-nama yang akan mengisi bangku kabinet baru cenderung bersikap pro pada pertumbuhan manufaktur dan lainnya. "Jika FDI dan kabinet bisa sesuai harapan pasar, rupiah punya peluang ke level Rp 13.900 per dollar AS. Ini mungkin, dilihat dari tren harga emas yang menguat sekaligus mencerminkan bahwa orang sudah tidak percaya lagi untuk memegang dollar AS," tandasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Azis Husaini