BI proyeksi kredit akhir tahun tumbuh satu digit



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) menyebut sampai dengan September 2017 kondisi stailitas sistem keuangan tetap terjaga di tengah intermediasi perbankan yang masih belum kuat.

Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, terjaganya stabilitas sistem keuangan tecermin pada rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) perbankan yang cukup tinggi pada level 23% dan rasio likuiditas (AL/DPK) pada level 22,6% di September 2017. Pada bulan yang sama, rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) berada pada level 2,9% gross atau 1,3% net.

Sementara itu pertumbuhan kredit pada September 2017 tercatat sebesar 7,9%, BI menyebut pertumbuhan kredit ini tercatat menurun dibanding bulan sebelumnya 8,3% secara yoy.


Di sisi penghimpunan dana, bank sentral menyebut perolehan dana pihak ketiga (DPK) perbankan per September 2017 justru mengalami peningkatan. Pada September 2017 tercatat DPK naik 11,7%, meningkat dibandingkan bulan sebelumnya 9,6% yoy.

"Untuk keseluruhan tahun 2017, DPK diperkirakan tumbuh sekitar 10%," kata Agus dalam konferensi pers rapat dewan gubernur BI, Kamis (16/11). Melihat tren pertumbuhan kredit yang masih alot, BI pun merevisi peningkatan kredit sampai akhir tahun di batas bawah sebesar 8% yoy. Sebelumnya, BI memproyeksi kredit perbankan dapat meningkat 8% sampai 10% di tahun 2017.

Menurutnya, pertumbuhan kredit masih lemah lantaran banyak debitur korporasi yang baru menyelesaikan proses konsolidasi. Dalam hal ini, banyak korporasi yang masih mengkaji penggunaan biaya-biaya serta mengantisipasi perkembangan ekonomi. Lebih lanjut, Agus menambahkan dengan mempertimbangkan masih rendahnya pertumbuhan kredit tersebut, Bank Indonesia Countercyclical Capital Buffer (CCB) tidak berubah yaitu 0%. Kebijakan ini dimaksudkan untuk mendorong upaya bank dalam meningkatkan fungsi intermediasi. "Bank Indonesia bersama otoritas terkait akan terus berkoordinasi untuk memastikan stabilitas sistem keuangan dapat terjaga guna mendukung momentum pemulihan ekonomi," tambah Agus.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini