BI putuskan nasib migrasi kartu debit akhir tahun



JAKARTA. Bank Indonesia (BI) tengah mengkaji lagi pemenuhan waktu migrasi kartu ATM/debit dari teknologi magnetic stripe (magnetik) menjadi microchip (cip). BI menyadari tidak mudah mengimplementasikan perubahan teknologi cip tersebut mengingat jumlah kartu ATM/debit yang banyak, juga merembet pada mesin ATM dan electronic data capture (EDC).

Deputi Gubernur BI, Ronald Waas mengakui, migrasi kartu ATM/debit berteknologi magnetic ke cip memerlukan waktu yang cukup panjang. Mengingat saat ini terdapat 119 juta kartu ATM/debit, 97.000 unit mesin ATM dan 1 juta EDC.

Namun, Ronald menegaskan, peralihan teknologi ini merupakan keharusan. "Penggunaan cip sudah suatu keharusan untuk tujuan peningkatan keamanan," kata Ronald.


Atas dasar itu, batas waktu penerapan teknologi cip yang oleh BI dijadwalkan terlaksana awal tahun 2016 kini sedang ditinjau ulang. BI menekankan dalam proses migrasi teknologi ini nasabah atau konsumen jangan sampai dirugikan.

Ronald menambahkan, BI akan memberikan keputusan final atas kebijakan waktu penerapan teknologi cip yang kelak terbit dalam bentuk Peraturan Bank Indonesia (PBI). Keputusan BI bakal dirilis paling lambat pada akhir tahun 2015. "Masih ada satu setengah bulan. Kami akan review aturan ini," tandas Ronald.

Kebijakan BI

Head Of Consumer Card Bank Central Asia (BCA) Santoso mengatakan, dalam proses migrasi kartu, BCA sudah siap dengan platform National Standars Indonesia Chip Card Spesification (NSICCS) baru yang ditetapkan BI. Bahkan BCA telah mengimplementasikan platform NSICCS pada mesin ATM dan juga EDC miliknya yang kini sudah tersebar.

"Jadi tinggal gongnya saja dari BI. Begitu gong, maka kami langsung mengganti kartu ATM/debit yang menggunakan cip," tutur Santoso, Kamis (19/11).

Sudah sejak awal tahun 2015, BCA meng-upgrade mesin ATM dan EDC ber-platform NSICCS. Namun, Santoso mengakui, ada beberapa mesin ATM dengen merek tertentu yang masih membutuhkan sertifikasi terhadap platform NSICCS.

Untuk migrasi kartu ATM/debit, Santoso mengatakan memang masih memerlukan waktu transisi. Asal tahu saja, kartu ATM/debit BCA yang beredar kini mencapai 14 juta kartu. Dengan ongkos produksi kartu cip sebesar US$ 2 per unit, maka anggaran BCA bagi migrasi kartu saja tak kurang dari US$ 28 juta.

Santoso berharap, BI menyetujui proposal yang diajukan oleh Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) mengenai waktu transisi, selama lima tahun. "Jangan hanya melihat BCA saja yang 14 juta kartu. Kalau diakumulasi dengan bank-bank lain tentu jumlahnya jadinya banyak," imbuh dia.

Rico Usthavia Frans, Senior Executive Vice President Transactional Banking Bank Mandiri bilang, pihaknya siap melakukan migrasi kartu secara bertahap. "Tidak mungkin semuanya kartu ATM, mesin ATM dan EDC secara serempak berganti dengan teknologi cip," ujar Rico.

Rico menambahkan, untuk mesin ATM Bank Mandiri, akhir tahun ini akan dilakukan roll out (penggantian) dari yang ada saat ini sekitar 17.000–18.000 mesin. Investasi migrasi ini lumayan besar untuk mesin ATM. Pun kartu ATM/debit berteknologi cip harganya lebih mahal disbanding yang kartu berteknolog magnetik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan