BI rate belum akan turun meski inflasi terkendali



JAKARTA. Ekonom Bank Danamon Dian Ayu Yustina melihat, secara seasonal inflasi akan naik dalam beberapa bulan ke depan. Maklum, dalam beberapa waktu ke depan, memang ada banyak faktor yang bisa mengerek inflasi.

Di antaranya, potensi penyesuaian kembali tarif harga BBM karena melemahnya kurs rupiah dan mulai naiknya harga minyak bumi. Selain itu, papar Dian, kenaikan tarif listrik pada Mei  ini, Lebaran dan tahun ajaran baru akan menyebabkan inflasi naik.

Namun, Dian melihat outlook inflasi hingga akhir tahun ini akan rendah, yaitu berada di kisaran 3,9% sampai 4%. Meskipun sejauh ini inflasi relatif terkendali, Dian menilai Bank Indonesia (BI) belum bisa menurunkan suku bunga acuan, BI rate. Pasalnya dalam mematok BI rate, BI akan memperhatikan faktor defisit transaksi berjalan dan rupiah. Dalam beberapa bulan ke depan, permintaan dollar Amerika Serikat (AS) akan tinggi untuk pembayaran dividen. Belum lagi keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Fed yang menurut asumsi pasar akan menaikkan  suku bunga di triwulan III dan IV.


Alhasil, ketidakpastian masih tinggi dan rupiah masih akan berada pada kisaran Rp 13.00 per dollar AS. Senada, Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual memperkirakan inflasi hingga akhir tahun akan berada dalam target BI yaitu 4,1%.

Meski  begitu, David juga memperkirakan BI belum akan menurunkan BI rate. Masalah defisit transaksi berjalan yang bakal melonjak pada triwulan kedua menjadi faktor utama yang menjadi perhatian otoritas moneter.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Mesti Sinaga