BI Rate Dipangkas, Begini Prospek Saham Emiten Multifinance



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sentimen pemangkasan suku bunga acuan atau BI rate membuat harga saham sektor pembiayaan atau multifinance bergerak dengan laju yang beragam. Beberapa di antaranya mengalami kenaikan, namun ada juga yang menurun atau cenderung stagnan.

Bank Indonesia (BI) baru-baru ini mengumumkan pemangkasan suku bunga acuan menjadi 6%, diikuti oleh langkah serupa dari The Fed yang memotong suku bunga sebesar 50 basis poin, sehingga mencapai kisaran 4,75%-5%. 

Pada penutupan perdagangan hari Jumat (20/9), secara year to date (ytd) kinerja saham sejumlah perusahaan multifinance bergerak beragam. Saham PT BFI Finance Indonesia (BFIN) ditutup melemah 15,77% menjadi Rp 1.015 per saham. PT Clipan Finance Indonesia Tbk (CFIN) juga melemah 13,47% menjadi Rp 424 per saham. 


Baca Juga: BI Pangkas BI Rate Jadi 6%, Bagaimana Efeknya ke Instrumen Investasi Domestik?

Sementara itu, pergerakan saham PT Mandala Multifinance Tbk (MFIN) secara ytd menguat 6,51% menjadi Rp 3.110 per saham. PT Adira Dinamika Multi Finance (ADMF) menguat 2,97% menjadi Rp 11.275 per saham.

PT Buana Finance Tbk (BBLD) mengua 0,76% menjadi Rp 665 per saham. Terakhir, saham PT Wahana Ottomittra Multiartha (WOMF) bergerak stagnan secara ytd menjadi Rp 364 per saham.

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus menilai, pemangkasan suku bunga ini dapat memberikan dampak positif terhadap peningkatan penyaluran kredit karena tingkat suku bunga yang rendah.

"Namun sejauh ini kalau diperhatikan, tentu dibutuhkan masa yang tidak sebentar sampai dengan situasi dan kondisi benar-benar pulih terkait dengan penyaluran kredit," ujarnya kepada Kontan, Jumat (20/9).

Selain itu, masa transisi dari tingkat suku bunga pinjaman yang ada sekarang hingga penyesuaian itu membutuhkan waktu kurang lebih enam bulan. Sehingga Nico melihat, penurunan suku bunga terhadap sektor multifinance kali ini belum memberikan dampak seperti yang diharapkan.

Baca Juga: Pasca Putusan Bank Sentral, Penurunan Bunga Simpanan Akan Jadi Prioritas Perbankan

Kendati demikian, pemangkasan tingkat suku bunga akan mendorong daya beli dan konsumsi, memengaruhi peningkatan pembiayaan kendaraan bermotor, dan meningkatkan kredit. 

"Secara sentimen jangka pendek memberikan dampak positif, namun hasil secara kinerja baru akan terlihat jangka menengah hingga panjang," tuturnya.

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Miftahul Khaer memiliki pandangan yang sama, ia menilai pelonggaran kebijakan moneter suku bunga akan berdampak positif bagi sektor multifinance ke depannya.

Salah satu dampak yang akan dirasakan pada perusahaan multifinance yaitu pada perbaikan margin perusahaan dikarenakan potensi Cost of Fund (CoF) yang lebih rendah. 

Adapun Khaer memandang prospek kinerja multifinance pada semester II-2024 juga akan cukup menarik karena didorong oleh sentimen lainnya seperti kebijakan pemerintah dalam penerapan down payment (DP) nol persen untuk pembiayaan bermotor dan program relaksasi pemerintah untuk mempercepat peralihan moda transportasi ke ramah lingkungan.

Baca Juga: MNC Life Prediksi Pertumbuhan Bisnis di Semester II-2024 Naik Berkat Mitra Strategis

"Kami kira dampak untuk saat ini dari sentimen tersebut lebih terlihat kepada pergerakan harga saham emiten yang cenderung terapresiasi," kata Khaer kepada Kontan, Jumat (20/9).

Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto mengatakan, perusahaan multifinance dapat mencari sumber pendanaan yang lebih murah, seperti pinjaman bank atau penerbitan obligasi, dengan bunga yang lebih rendah.

"Namun untuk tahun ini mungkin dampaknya belum akan terlalu kerasa karena hanya sisa tiga bula saja, belum banyak penyesuaian. Tapi outlook tahun depan seharusnya lebih baik karena mungkin ada pemangkasan suku bunga berikutnya," ujarnya kepada Kontan, Jumat (20/9).

Baca Juga: Pemicu Pembiayaan Modal Ventura Merosot 10,67% pada Juli 2024

Pandhu menyebut, outlook positif pada tahun depan itu bisa membuat saham-saham emiten multifinance menarik untuk dikoleksi, karena secara valuasi akan relatif lebih murah.

Dengan demikian, Pandhu merekomendasikan buy pada saham ADMF dengan target harga Rp 12.000 per saham. Sementara Khaer merekomendasikan trading buy pada saham ADMF dengan target harga Rp 11.775 per saham. Sementara wait and see terhadap saham BFIN dan CFIN.

Selanjutnya: Apakah Besok 21 September 2024 Ganjil Genap Jakarta Berlaku? Simak Aturannya

Menarik Dibaca: Promo Indomaret Minyak Murah Periode 19-25 September 2024, Ada Ekstra Diskon Rp 5.000

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli